BERTEMU JALAN SABAR

 

ESENSI SABAR | Kampus Itah News

 BERTEMU JALAN SABAR


Seorang lelaki muda tengah sibuk mencari jalan kehidupan. Berbagai upaya ditempuh. Bergerak dalam berbagai dinamika kehidupan. Belajar melalui jalur wirausaha, pemberdayaan dan sibuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Semakin melangkah jauh hingga terseret dalam dunia populer.

Popularitas mulai menanjak. Semua melampaui dari imajinasinya. Tak terpikir sedikit pun, bahwa kini dirinya berada di jalur ini. Lambat laun, waktunya semakin tersita untuk berbagai kegiatan. Hal ini semakin mengurangi waktu untuk bisa bercengkrama dengan kedalaman. Difase populer justru membuat jiwanya kering.

Dia merasakan banyak hal diluar yang menyita perhatiannya. Jalannya sering terlempar keluar dari jalur kearifan. Tumpukan beban aktivitas semakin menumpulkan ketajaman batiniah. Batinnya meronta dan berteriak. Bukan ini yang saya cari.

Pandemi datang bagaikan palu godam yang dihantamkan. Dirinya yang biasa berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, harus berhenti. Jiwanya memberontak, hingga memunculkan kegalauan. Seolah mengalami post power sindrom. Gairah hidupnya menurun drastis.Tapi, sebagaimana orang lain lain yang harus berdamai dengan kenyataan. Dia juga harus belajar untuk itu.

Perenungan menuntunnya untuk memberikan ruang pada batin. Hal yang ternyata selama ini dia rindukan. Mengintip dari kedalaman diri, seolah ada suara yang bergema. Ini saatnya dirimu bertemu dengan jalan sabar. Dia masih mencari dimana jalan itu.

Suatu sore dia membuka handphone. Melihat chat di obrolan teman-temannya untuk sekedar mengusir rasa jenuh. Bukan kejernihan yang didapat, malah semakin keruh. Karena isi kabar senantiasa menyiarkan berita nestapa. Kalau tidak distop, bisa menumbuhkan benih pesimisme.

Jarinya membuka pada status masing-masing temannya. Hampir mayoritas menyuarakan kegundahan. Tapi ada satu status temannya yang mengabarkan kegembiraan. Tampak teman tersebut sedang bercengkrama di suatu tempat yang tidak asing. Banyumili, nama tempat yang melekat dingatannya. Bukan karena pernah berkunjung. Tapi karena nama itu menabrak kesadarannya. Ibarat air ( banyu) , kehidupan ini harus dialirkan (mili). Karena air yang berhenti akan menimbulkan sumber penyakit.

Berbalas pesan dengan temannya tersebut. Ternyata, teman tersebut sedang mengikuti acara di Sekolah Kehidupan. Batin menelisik, loh ternyata hidup itu ada sekolahnya toh. Selama ini sibuk mengumpulkan informasi. Dianggap itu sebagai sekolah. Dirinya tersadar, kenapa ya tidak pernah menyadari kalau hidup juga perlu ada sekolahnya.

Jadilah, dia meminta temen tersebut untuk bisa bergabung di kelas berikutnya. Tiba hari yang ditunggu. Pemuda tersebut mengikuti kelas Sekolah Kehidupan di Banyumili. Paradigma hidup dibongkar total. Ibarat perangkat elektronik, seperti sedang dibongkar untuk proses perbaikan.

Sesi pertama mengupas tentang jalan ikhlas. Bahwa mau tidak mau hidup ini harus dijalani dengan ikhlas. Ditolak pun tidak bisa. Pikirannya mulai melunak. Betapa, selama ini dia sibuk bertanya dimana jalan ruhani itu. Ternyata ada didalam dirinya. Karena belum ikhlas menjalani hidup. Ruang kesadaran belum terbuka.

Bab berikutnya, membahas tentang jalan kesabaran. Batinnya seperti berteriak keras. Loh ini yang kamu cari. Jalan sabar itu seperti melatih pikiran monyet  yang liar dan berisik. Menjadi jalan singa yang tenang. Sabar adalah senjata menuju kemenangan.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa potensi unggul manusia akan bangkit saat bisa bersabar. Karena pahala sabar itu tanpa batas. Firman Allah SWT dalam QS. Az-Zumar : 10 " sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."

Orang yang sabar, memiliki daya lentur dan daya lenting yang imbang. Bukankah, sering dikisahkan ending orang yang sabar. Dia tahan uji sekaligus tahan berproses. Hidupnya sering diluar dugaan orang lain. Orang sabar memiliki kesanggupan untuk memangku proses kehidupan. 

Pemuda tersebut keluar dari kelas dengan penuh arti. Sesuatu yang selama ini dia cari. Didapatkan dalam momentum waktu yang pas. Dan memang Allah yang Maha Mengatur, pasti lebih tahu waktu terbaik memberikan yang dibutuhkan hambanya. Pemuda tersebut menyusuri jalan pulang dengan ritme lebih lambat. Seolah sedang diproses dalam jalan sabar selanjutnya.


Wallahualam bish-shawab


Desa Menari, 27 Januari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan 

Posting Komentar untuk "BERTEMU JALAN SABAR "