Rumput tetangga tampak lebih hijau daripada tempat kita. Begitulah sudut pandang kebanyakan dari kita tentang kehidupan. Kita sering merasa bahwa orang lain lebih beruntung. Kita lebih banyak fokus pada kehidupan orang lain. Sehingga lupa memperhatikan kehidupan diri sendiri.
Taruhlah contoh, tangan kanan adalah diri kita, sedangkan tangan kiri adalah orang lain. Ketika berjalan kedua tangan akan sama berperan untuk mewujudkan keseimbangan. Idealnya, begitulah kita memandang orang lain sebagai partner atau teman satu panggung kehidupan.
Namun, bisikan di dada lebih sering melihat yang berbeda. Kembali pada contoh kedua tangan diatas. Ketika, berjalan mayoritas orang akan fokus pada tangan kiri ( orang lain). Kita mengabaikan tangan kanan ( diri kita). Akhirnya kita serius memandang kemajuan orang lain. Tidak menyadari bahwa dirinya tertinggal jauh.
Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lainlah akar masalahnya. Keberanian untuk bilang stop pada diri sendiri, akan menentukan langkah selanjutnya. Berdamai dengan diri, itu yang harus kita lakukan. Terlalu fokus pada keberhasilan orang lain akan memantik sifat hasut, iri dan dengki. Disisi lain, bagi yang berjiwa kerdil akan menjadi pesimis.
Terlalu memandang kekurangan orang lain, juga akan memantik kesombongan diri. Akibatnya, kita menuntut orang lain dengan standar yang kita tetapkan. Bukankan sesuatu yang terlalu, sering tidak baik hasilnya. Terlalu fokus pada kekurangan dan kelemahan diri juga akan menjerumuskan.
Menerima Diri Secara Utuh
Menerima diri secara utuh, baik kelebihan maupun kekurangan itu penting. Diri akan menjadi pribadi yang realistis dan elastis. Bukankah, kesempurnaan senantiasa mengajarkan tentang makna saling melengkapi? Kita menjadi manusia sempurna justru karena kelebihan dan kekurangan yang saling beriringan. Kesadaran seperti ini memantik pintu kebahagiaan.
Sudut pandang seperti ini akan membuka pintu pemahaman tentang rahasia waktu datangnya kebahagiaan. Kita mesti bertanya, kapankah bahagia kan datang? Yang benar adalah, tidak ada saat yang lebih baik untuk memulai hidup bahagia daripada saat ini.
Pemahaman tentang saat ini dan disini pernah disampaikan dengan lugas oleh Ki Sunan Kalicitandui, salah satu guru kehidupan dari Ciamis, Jawa Barat. Hidup itu saat ini, disini, nikmati dan syukuri. Karena satu menit berlalu tak pernah kembali. Satu menit yang akan datang itu masih harapan dan belum pasti.
Kembali pada kebahagiaan diri yang harus dibuka dan dibersihkan yaitu hati. Selama ini kita terlalu sering membebaskan pikiran yang berumah di otak. Padahal, kita sudah ngobrol sebelumnya. Kemampuan otak sangat terbatas. Sedangkan, kebahagiaan berada di kedalaman rasa yang bersifat ghaib juga.
Hati yang tertutup oleh karat dan sampah kehidupan membuat seseorang sulit menangkap cahaya. Rasulullah SAW bersabda " hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat bila terkena air. Sahabat bertanya. "Ya Rasulullah apakah pembersihnya? Beliau bersabda. " Banyak mengingat maut dan membaca Al Qur'an."
Kita perlu belajar serius untuk belajar agar hati bisa menangkap cahaya. Orang-orang shaleh dan para bijak bestari sangat serius memperhatikan bagaimana hati berfungsi dengan baik. Karena raja (hati) yang baik akan membawa kebahagiaan bagi rakyatnya. Itulah mengapa di Sekolah Kehidupan fokus mempelajari dan mempraktekkan ilmu penjernih hati.
Hati yang jernih akan memancarkan kegembiraan dan kebahagiaan. Ini akan memvibrasi rasa senang dimanapun. Seperti anak-anak yang riang bersenandung. Tanpa beban memandang kehidupan. Apapun keadaan dirinya anak-anak akan mudah tersulut kebahagiaan. Mungkin kita sesekali perlu memanggil sisi kanak-kanak di dalam diri untuk bersama-sama bersenandung.
Di sini senang...di sana senang
Di mana-mana hatiku senang
Di sini senang..di sana senang
Di mana-mana hatiku senang
Tralalala..lalala... lala..Lala..lala
Kita sangat hafal lagu tersebut. Namun sayang masih menempel sebatas dimemori otak. Saat menyanyikan pun masih sambil mikir. Jadinya tidak los dan masuk ke hati. Kejernihan hati bertutur dengan keras, bahwa hanya hati yang damai penuh penerimaan akan bergema indah "hatiku senang". Senang disini dan senang disana yang berarti juga senang itu saat ini. Dan itu sebuah pilihan.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 21 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "BERDAMAI DENGAN DIRI "