MENEMPUH JALAN IKHLAS

5 Cara Memaafkan Dengan Ikhlas untuk Hidup Lebih Bahagia

MENEMPUH JALAN IKHLAS


Seorang kawan pelaku usaha UMKM mengisahkan. Dirinya terjerat dalam hutang yang menyiksanya. Ketika usahanya tidak sesuai yang diharapkan. Seolah berbalik seratus delapan puluh derajat. Awalnya, beliau lancar-lancar saja dalam proses angsuran. Kini harus berjibaku dengan hutang yang melilit.

Ikhtiar untuk dapat membayar angsuran sudah dilakukan secara maksimal. Namun, hasil masih berkata lain. Semua usaha baru cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Tamu langganan mulai datang, yaitu para penagih hutang.

Mereka jelas tidak mau tau dengan keadaan si pelaku usaha. Karena diri mereka juga dikejar target setoran. Seperti permainan kucing dan tikus begitu sering orang mengistilahkan. Satu pihak mengejar. Pihak sebelahnya menghindar.

Dititik tekanan orang pada umumnya akan mengalami frustasi. Begitu juga dirinya. Dikala dilema melanda. Info tentang kegiatan Sekolah Kehidupan bagi UMKM datang. Tanpa tahu apa isi dikegiatan tersebut, dia mendaftar.

Hari pelaksanaan kegiatan tiba. Paradigma kehidupan seperti dibongkar total. Sudut pandang tentang permasalahan hidup berubah drastis. Dari yang menolak masalah, menjadi membutuhkan masalah. Karena masalah adalah habitat kehidupan yang tidak bisa dihindari. Kecuali ketika diri sudah ingin mati. 

Masalah juga sebagai sarana peningkatan kelas. Rasa tertekan mulai mengendur. Sampai tiba saatnya pengenalan tentang ilmu penjernih hati dikenalkan. Bab pertama mengupas tentang ikhlas. Sebuah tema berat yang sudah sering didengar. Mudah diucapkan, tapi sulit menjalankan. Begitu kata kebanyakan orang.

Ikhlas berbicara dua konteks pembicaraan. Pertama keluar. Yaitu saat kita melakukan sesuatu yang tanpa pamrih. Lakukan lupakan. Tanpa mengharapkan pujian maupun penilaian orang. Contoh ikhlas paling umum adalah seperti saat orang buang hajat. Keluar, lupakan. Ikhlas adalah melakukan sesuatu semata-mata karena Allah.

Kedua, kedalam. Ini terlihat ketika kita menerima sesuatu yang di luar kemauan kita. Mau ataupun tidak tetap harus diterima. Karena itu sudah terjadi. Mau diratapi seperti apapun sudah terjadi. Maka tidak ada kata selain belajar menerima. Misal pun tidak menerima, ya tetap tidak akan merubah keadaan. Semakin berontak dan menolak, maka jiwa akan semakin merana. Ketika menerima, justru akan lega. Hati plong dan pikiran jernih.

Penghalang ikhlas paling utama adalah ego kita sendiri. Ego  merasa lebih baik. Ini menghambat ikhlas yang terkait keluar. Orang yang merasa lebih baik, sering terjebak untuk riya'. Berbuat untuk sanjungan dan pujian. Kalau tidak diperhatikan orang, jadilah menggerutu dan uring-uringan.

Penghalang kedua adalah merasa memiliki yang menghambat kedalam. Karena merasa memiliki, maka akan mudah merasa kehilangan. Jiwanya melekat pada apa yang sebenarnya bukan miliknya. Bukankah di ayat kursi ( QS. Al Baqarah ayat 255) sangat jelas. Semua yang di langit dan di bumi adalah milik Allah. 

Terapi ikhlas yang mujarab adalah mengembalikan semua yang ada dan kejadian kepada pemilik dan pengaturnya, yaitu Allah SWT. Ini perlu dilatih. Tidak serta merta bisa. Maka perlu belajar ilmu kehidupan. Karena di sekolah formal dari jenjang dasar sampai jenjang tertinggi, jarang atau bahkan tidak ada pembelajaran tentang kehidupan. Maka, beruntung sekarang ada Sekolah Kehidupan.

Selepas mengikuti pembelajaran satu hari, sahabat mengalami perubahan sikap hidup. Dengan lapang dada dia menerima kenyataan pailit. Semua adalah proses hidup yang harus dijalani, bukan untuk dihindari. Menempuh jalan ikhlas menjadi pilihan yang harus diambil.

Para penagih hutang datang lagi menjalani peran mereka. Ketika berhadapan dengan mereka, biasanya akan muncul berbagai alasan untuk mengulur masa pembayaran. Sesuatu yang sebenarnya sangat dirisaukan, karena entah bagaimana penyelesaiannya.

Namun, kini dihadapi dengan lapang dada. Mengikuti sepenuhnya kemauan para debt colector. Ketika mereka meminta proses penyitaan, ditanggapi dengan kepala dingin. Silahkan, jualkan aset jaminan saya. Ketika terjual, silahkan dipotong untuk melunasi hutang. Sisanya, berikan ke saya. Begitu langkah yang diambil dengan mantap dan penuh ketenangan.

Kini para debt colector yang gantian pusing. Mereka tidak bolak-balik datang menagih lagi. Mungkin mereka sedang sibuk mencari pembeli. Begitu yang terbesit dalam hati. Masa jeda ini, dimanfaatkan sahabat tersebut untuk menata diri dan usaha. Jadilah kini dapat menjalankan usaha dengan lebih tenang. Ternyata, mengikhlaskan kejadian yang ada, melegakan batin dan pikiran. Tubuh juga jadi lebih fit untuk berusaha. Jalan hidup jadi lebih terasa lapang. Ikhlas menumbuhkan harapan yang seolah layu. Menjadikan diri lebih siap menjalani kenyataan. Celoteh nurani sang pelaku UMKM tersebut.


Wallahualam bish-shawab

 

Desa Menari, 23 Januari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan


Posting Komentar untuk "MENEMPUH JALAN IKHLAS"