KETIDAKTAHUAN YANG MENENANGKAN
Manusia terombang-ambing dalam garis perjalanan yang tidak pernah diketahuinya. Berdasarkan ketentuan ini manusia berusaha sekuat tenaga untuk mengoptimalkan akalnya untuk mensiasati kehidupan ini. Berbagai upaya dilakukan untuk merekayasa bagaimana hidupnya menjadi seperti yang diimpikan. Dan ini adalah sebuah kewajaran karena memang pembeda manusia dari makhluk-makhluk yang lain adalah diberikan kemampuan akal oleh Allah.
Dengan kemampuan pengoptimalan akal, kehidupan manusia di era sekarang ini mencapai kemajuan-kemajuan yang tak dialami oleh orang-orang sebelumnya. Bahkan dalam Alquran banyak memotivasi kita sebagai manusia untuk menggunakan akal. Terkait dengan rekayasa teknologi dan perangkat kemajuan zaman sangat luar biasa dengan optimalisasi kemampuan akal manusia.
Peristiwa yang menggelitik justru di era kemajuan teknologi pertumbuhan ekonomi yang pesat dan terwujudnya sarana prasarana penunjang kehidupan, manusia tidak mesti mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan seolah menjadi kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan pada manusia di era zaman ini.
Gede Prama, seorang yang telah mencapai puncak pendakian intelektual mengembara di kampus-kampus ternama luar negeri, kemudian menjadi GM salah satu perusahaan besar di Indonesia yang akhirnya memutuskan menjadi seorang resi dan guru kehidupan bertutur dalam salah satu bukunya "semakin kaya seseorang secara materi maka semakin jauh dia dari kebahagiaan. Semakin pintar seseorang secara intelektualitas semakin rumit hidupnya. Beliau kemudian menyampaikan fakta dari hasil sebuah riset bahwa di sejumlah negara yang ekonomi dan ipteknya amat maju, malah konsumsi pil tidur perkapitanya tergolong yang tertinggi di dunia".
Mengimani Yang Gaib
Lantas kita berpikir, benarkah semua harus dikendalikan oleh diri kita melalui kemampuan akal? Termasuk terkait dengan hal-hal yang bersifat super-natural, yang dicari oleh banyak orang, ternyata itu jga tidak sepenuhnya menumbuhkan kebahagiaan. Salah satu contoh nyata dialami oleh teman saya di Solo. Sejak kecil dia diberikan kemampuan oleh Allah melalui ketajaman Indra keenamnya. Hal-hal yang tidak terlihat oleh orang lain menjadi begitu jelas bagi dirinya. Bahkan dia memiliki kemampuan cenayang,melihat jelas peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di depannya.
Pada mulanya dengan kemampuan tersebut teman saya tersebut dikagumi oleh teman-teman yang lain. Seiring berjalannya waktu, yang ada justru dia mengalami frustasi hingga mendekati depresi karena dia tidak bisa istirahat dengan nyenyak atas kemampuan yang diberikan tersebut. Hingga akhirnya dia bertemu dengan salah seorang guru yang menguasai dalam bidang tersebut. Ditutuplah titik-titik tertentu di syaraf otaknya dan tidak bisa melihat hal-hal yang bersifat super-natural lagi. Baru kemudian teman saya ini merasakan hidupnya menjadi lebih tenang dan seperti manusia normal pada lainnya. Hal yang sangat diimpikan oleh banyak orang umumnya, ternyata ketika dititipkan sedikit saja tidak menimbulkan kebahagiaan atau ketenangan bagi yang diberikan karunia.
Sesuatu yang gaib sejatinya menjadi pemandu kita untuk menjalani hidup lebih tenang. Gaib yang didefinisikan sebagai sesuatu yang di luar kemampuan akal manusia. Bukankah kita itu merasa nyaman, justru karena kita banyak tidak tahu terhadap hal-hal yang melingkari kehidupan. Coba kalau hampir semua orang diberikan kemampuan seperti teman saya di Solo tadi bisa melihat hal-hal yang akan terjadi di masa depan, hidupnya bukan bahagia tetapi justru khawatir bahkan berujung depresi. Itulah kenapa meyakini adanya hal-hal gaib dan percaya padanya menjadi bagian rukun iman bagi seseorang. Bahkan orang dikatakan berada di jalan yang lurus dan dikategorikan orang-orang yang bertakwa ketika salah satunya dia mengimani padahal yang gaib. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Quran surat al-baqarah ayat 3 " yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib"
Merujuk pada berbagai peristiwa dan penegasan di ayat tersebut kita jadi memahami bahwa ketidaktahuan itu sesuatu yang fitrah atau alami. Justru manusia akan bisa tumbuh secara normal berkembang dengan optimal karena berangkat dari ketidaktahuan- ketidaktahuan atau hal yang bersifat gaib. Mengimani hal yang gaib menjadi penanda kita manusia yang normal. Manusia normal lah yang akan bisa mencapai ketenangan dan kebahagiaan. Orang-orang yang abnormal yang senantiasa merekayasa sesuatu bahkan memaksakan akalnya untuk sesuatu yang di wilayah di luar kemampuannya akalnya akan berada pada kesemrawutan hidup.
Orang yang sehat secara mental justru karena dia beriman kepada yang gaib. Karena sejatinya Allah yang gaib senantiasa membimbing hidup manusia yang mau bertumbuh menunduk dan mengendap dalam proses yang sesuai jalan-Nya. Yaitu jalannya orang-orang yang diberikan kenikmatan berupa petunjuk bukan jalannya orang-orang yang tersesat karena jauh dari petunjuk dan mengingkari adanya petunjuk Allah, begitu penghujung surat al-fatihah menegaskan. Bukankah kalau kita merenungkan seperti ini ketidaktahuan adalah sesuatu yang alami dan menenangkan. Coba kita perhatikan, orang-orang yang serba tahu bahkan sok tahu sering dirundung kemalangan. Maka, biarkan kita hidup normal dengan diliputi kegaiban, dan berserahlah pada Allah Yang Maha Gaib.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 15 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Tidakbtaunitu prnting
BalasHapus