KETIKA KEHIDUPAN MENGAJAK BERCANDA
Perjalanan hidup sering menyapa dengan sesuatu yang tidak terduga. Pada beberapa tulisan terakhir saya mulai masuk pada pembahasan ikhlas dan sabar. Hari kemarin juga ada teman datang kerumah. Ngobrol tentang masalah hidup yang mendera. Saya belajar menyampaikan apa yang saya peroleh di Sekolah Kehidupan. Siap menerima kejadian, begitu tegas saya. Tapi sambil bercanda tentunya " belajar menerima bro".
Mudah menyampaikan, begitu kata kebanyakan orang. Tidak juga, bagi sebagian yang lain. Karena dia tahu konsekuensi dari menyampaikan adalah siap menjalani. Proses kehidupan kadang mengajak kita bercanda. Betul-betul kita harus belajar menjalani apa yang kita sampaikan. Sebenarnya ini hal yang sering terjadi. Tapi tidak sadar.
Tiga hari ini sarana untuk menulis catatan tiba-tiba drop. Entah apa penyebabnya. HP seolah protes, saya butuh istirahat bro. Biasanya dalam kondisi seperti ini, saya mudah tersulut emosi. Tapi, entah mengapa kini hanya senyum-senyum saja. Sambil suara batin keras menggema. Siap menerima kejadian bro. Pikiran melunak, hati pun tetap anteng. Karena ini memang edisi menjalani.
Rencana aktivitas juga sudah disusun sedemikian rupa. Nyatanya, tidak semua berjalan sesuai rencana. Nurani lantas berbisik, sabar bro ini ujian hahaha. Disinilah kita belajar, kalau kehidupan sering bercanda. Tinggal sudut pandang kita saja bagaimana mensikapinya.
Nasi sudah menjadi bubur, begitu orang sering menghadapi kenyataan. Maka pilihannya adalah kita menggerutu pada keadaan. Ataukah kita mensikapi berbeda. Bisa ditambah bumbu, ayam, bawang goreng dan daun bawang, jadilah bubur ayam.
Sebenarnya ini sering terjadi pada kehidupan kita. Masalah datang adalah sapaan mesra dari Yang Maha Kuasa, kalau hati kita sadar, sabar dan ikhlas menerima. Tapi masalah juga bisa dipandang sebagai hukuman, bagi yang gelap mata hati. Jadilah hidupnya menjadi semakin sempit dan tidak produktif. Setiap yang dipandang jalan buntu. Pilihan ada pada kita masing-masing.
Bukankah kenyataan adalah cermin dari apa yang didalam. Ketika kita menyadari bahwa kehidupan sering mengajak bercanda. Itu tandanya hati kita sudah mulai terbangun dari tidur panjang. Karena bercandanya kehidupan adalah untuk mendewasakan dan mengasah sisi spiritual. Dan ini bukan terkait bilangan umur fisik. Tapi lebih kepada kesiapan wadah di dalam untuk diproses.
Orang seperti ini sepenuhnya sadar. Bahkan dia mulai mendapatkan pemahaman dari firman Allah SWT di QS. Al Ankabuut ayat 2 " Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan ( saja) mengatakan, 'Kami telah beriman' sedang mereka tidak diuji lagi?"
Orang yang memiliki keyakinan ( iman) akan mulai bergeser sudut pandangnya. Ketika sebelum beriman menghadapi permasalahan, menganggap ini sebagai hukuman, bahkan ada yang sampai mengatakan Tuhan tidak adil. Kini, sudut pandangnya mulai bergeser. Masalah adalah cara bercandanya kehidupan. Bahkan para penempuh yang sudah lebih dalam, menganggap masalah sebagai belaian mesra dari Sang Pencipta agar semakin mendekat kepada-Nya.
Penegasan dari ayat 2 surat Al Ankabuut tersebut jelas sekali. Kita tidak bisa sekedar mengatakan saya sudah beriman. Tapi harus dibuktikan dengan kesiapan menjalani ujian. Tentunya dengan kadar kita masing-masing. Tidak bisa digebyah uyah kata para sesepuh. Semua butuh proses. Dan mari kita menjalani peran kita masing-masing.
Ketika kehidupan mengajak bercanda (ujian) bukankah itu sinyal kita bakal naik kelas. Tinggal berikutnya mau menjalani ujiannya atau tidak. Tentunya hati yang menerima akan memberikan kelapangan dalam menjalani ujian. Harapannya sih lulus dan naik kelas. Tapi ketika sinyal ujian datang lantas kita menggerutu. Hanya sekedar diangan-angan bahkan diratapi, ya tidak akan ada kenaikan. Dan anehnya kita sering bilang,tidak mau hidupnya biasa-biasa saja. Tapi dikasih soal ujian didiamkan saja. Tidak dikerjakan dengan penuh kesiapan dan harapan yang baik.
Posting Komentar untuk "KETIKA KEHIDUPAN MENGAJAK BERCANDA"