KETIKA TUHAN MENYAPAMU MESRA
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas, lagi di-rihai-Nya. Kemudian masuklah kedalam (jamaah) hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kedalam surga-Ku ( QS Al Fajr/ 89: 27-30).
Sungguh mesra sekali Allah SWT memanggil kepada jiwa-jiwa yang tenang. Orang yang mencapai ketenangan, bukan hanya dia dimampukan untuk menjalani hidup dengan kejernihan. Tapi, juga mendapat rahmat Allah dengan panggilan mesra.
Manusia sering merasakan bunga bermekaran didalam hati, saat dipanggil oleh orang lain dengan mesra. Terlebih orang yang dicintainya. Rasa damai akan menyelimuti hidupnya. Seolah, semua luluh lantah dan tertunduk saat panggilan mesra menggema.
Ternyata orang yang mendapatkan panggilan mesra adalah orang-orang yang spesial. Tidak serta merta panggilan mesra dilayangkan. Ada syarat yang harus dipenuhi juga. Bukankah ketulusan adalah kunci dari hadirnya kemesraan. Itu sesama ciptaan. Lantas bagaimana agar kita juga mendapat panggilan mesra dari Sang Pencipta " wahai jiwa yang tenang?"
Syarat pertama ternyata adalah puas ( ridho) dengan ketetapan Allah. Ini bukan perkara sederhana. Karena manusia berada dalam garis cakrawala qodho dan qodar Allah. Orang yang bisa ridho adalah orang yang telah menep ( mengendap). Dia tidak lagi berisik karena riak-riak penolakan. Orang ini telah betul-betul mengejawantahkan spirit "sami'na wa atho'na" saya dengar dan saya taat.
Orang yang masih berisik dengan letupan, saya terima tapi. Kata tapi ini menghalangi keridhoan Tuhan. Karena masih ada rasa jumawa dan pembangkangan. Orang-orang ini spesial karena telah melewati fase iklhas, sabar dan masuk dalam syukur. Dia tidak terjebak lagi dalam dilema dualitas. Hitam putih, benar salah dan lainnya. Yang tampak adalah keesaan. Kesadaran mulai bersinar terang, bahwa itu semua adalah bukti keabsolutan Allah SWT dalam segala dimensi.
Allah SWT menegaskan lebih jauh " keridhoan Allah bergantung pada keridhoan kita terhadap ketentuan-Nya." Ridho ( menerima) adalah jalan terbukanya tabir permasalahan kehidupan. Orang tidak akan pernah tenang, saat tidak menerima. Yang ada adalah pembangkangan. Jiwanya akan semakin meronta dan merana.
Bukan perkara mudah. Karena itu kita perlu belajar untuk tidak menjadi kuda liar yang terlepas dari barisan. Karena akan sangat rawan dengan godaan dan gangguan. Maka berada pada barisan hamba-hamba Allah itu sangat penting. Bahkan tidak bisa ditawar. Dalam syiir tombo ati juga disebutkan. Wong kang sholeh kumpulono. Berkumpul lah dengan orang-orang sholeh.
Kita sering mendengar pepatah. Orang itu tergantung dengan siapa dia berkumpul. Berkumpul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi. Sebaliknya, berkumpul dengan pengeruk kotoran, juga akan kecipratan bau busuknya. Karena pergaulan itu saling menularkan vibrasi. Tergantung siapa yang paling kuat.
Maka, untuk menjadi jiwa yang tenang. Kita harus kembali, berkumpul ( berjamaah) dengan orang-orang yang berproses meniti jalan ridho. Agar energi kita semakin menguat dan halus. Kalau kita sadar masih lemah, mendekatlah kepada yang menguat. Karena fase fluktuasi nya akan selalu ada. Iman itu naik dan turun. Maka, ketika dalam barisan, akan saling menguatkan.
Bonus ketika kita ridho dan berada dalam barisan hamba-hamba-Nya, akan memperoleh ridho-Nya. Sangat kita pahami bahwa ridho-Nya adalah kunci memasuki kebahagiaan (surga). Perenungan mendasarnya adalah sudah layak kah kita mendapat panggilan mesra dari Allah? Selayaknya para penempuh jalan keridhoan. Kita hanya bisa berusaha dengan mengharapkan anugerah rahmat-Nya. Semoga kita tergolong hamba-hamba yang diridhoi-Nya. Sehingga kesadaran kita meleleh karena panggilan mesra-Nya " wahai jiwa yang tenang".
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 30 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "KETIKA TUHAN MENYAPAMU MESRA"