KOMPAS KEHIDUPAN

 KOMPAS KEHIDUPAN


Hidup adalah sebuah petualangan yang harus dinikmati dan harus diselesaikan. Berasal dari ini kita jadi ingat waktu masih sekolah dan yang mengikuti  Pramuka di situ sangat akrab dengan dunia petualangan. Terlebih para pecinta alam hidupnya sudah sangat akrab dengan berpetualang kesana kemari mengarungi indahnya dunia ini.

Bagi seorang petualang kepuasan mencapai tempat yang ingin dituju akan meningkatkan gairah dalam hidupnya. Namun pernahkah kita berpikir bahwa seorang petualang juga mungkin pernah mengalami tersesat dalam sebuah perjalanan. Ya itu bisa jadi ke seorang petualang lupa arah dan sebagainya sehingga dia bisa kesasar ke tempat-tempat yang tidak sesuai rute yang harusnya dilalui. 

Terkait tersesat dalam petualangan, saya jadi teringat kisah tragis yang dialami waktu SMA. Pada musim liburan saya bersama tiga teman saya melakukan pendakian ke gunung Merbabu. Karena kami tidak punya bekal pendidikan ke pencipta alaman kami ya hanya secara naluriah saja membawa perlengkapan-perlengkapan yang itu sebenarnya sangat membebani kami. Kami berempat berangkat ba'da isya dari rumah saya di dusun Tanon desa ngrawan berjalan kaki  dikala hujan  belum reda. Kami terus berjalan ditengah  hujan selama proses  mendaki ke gunung Merbabu. 

Saat itu tanggal merah jatuh pada hari Senin dan itu bertepatan dengan satu suro atau bagi orang Jawa atau 1 Muharram yang biasanya banyak orang melakukan pendakian. Kami berangkat hari Sabtu dan berpikir diatas gunung mesti sudah ramai karena hari libur beriringan. Selama perjalanan, ternyata masih sangat sepi dan tidak berpapasan dengan pendaki lain.

Saya pernah mendaki dengan teman-teman waktu masih sekolah Mts. Mengandalkan ingatan perjalanan itu kami terus mendaki. Ternyata kami tersesat sampai di lereng puncak kedua. Kami berhenti sekitar jam 3 pagi, karena sudah kecapaian dan kondisi badan bertambah dingin dengan basah pakaian sepanjang perjalanan.

Peristiwa tragis mulai kami alami, karena  kami mengalami kram. Membuka perbekalan ditas pun tidak bisa, karena otot susah digerakkan. Di lereng puncak kedua kami berusaha bergerak. Tiba-tiba teman kami terperosok dan untuk tersangkut dibatang pohon,dan justru akhirnya bisa menggerakkan badan. Jadilah,dia menolong teman-teman yang lain. Akhirnya kami bisa melewati masa tragis tersebut. Setelah pulih,kami memutuskan turun gunung, tidak melanjutkan pendakian sampai puncak. Ditengah perjalanan kami justru baru berpapasan dengan para pendaki yang mulai naik.

Belajar dari pengalaman kami tersesat dalam pendakian tersebut,apa yang bisa kita pelajari? Pemandu arah perjalanan yang kami lewatkan. Kami tidak memiliki kompas dalam perjalanan tersebut. Alat  penunjuk arah bisa berupa penanda alam atau sekarang di era modern ada alat berupa Kompas dan terkini dengan Google maps.

Penunjuk arah menjadi sangat penting karena akan mempercepat proses kita mencapai tempat yang akan kita tuju. Kalau kita mau mencapai ke sebuah tempat penunjuk arah atau maps sudah kita nyalakan maka idealnya bagi kita harus mengikuti maps tersebut kan?. Coba kalau kita sudah mengklik Google maps tapi kita abaikan saja.  Kita berjalan mengikuti jalan semau kita, ya akan sangat lambat bahkan mungkin tersesat seperti yang kami alami.

Begitupun kehidupan yang tujuannya jelas adalah kembali kepada Allah atau kita berpulang ke kampung akhirat tentunya tidak dibiarkan begitu saja. Allah sang Maha pencipta dan pengatur tentu yang maha tahu rute mana yang harus kita lalui untuk sampai kepada tujuan yang Allah tetapkan.

Kitab suci merupakan Google map yang diturunkan oleh Allah untuk keselamatan hidup menuju tempat tujuan yaitu kampung akhirat. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 2-3: "Inilah kitab yang tidak ada keraguan didalamnya (2). Menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (3).

Maka merujuk pada ayat tersebut, jelas kita harus mengikuti panduan yang tidak ada keraguan, valid dan komplit. Karena,kalau kita berjalan semau gue,dijamin akan tersesat dan merana pada akhirnya. Kita akan mendapatkan kegembiraan kalau kita benar-benar menjalankan kompas kehidupan yang diberikan Sang Maha Pencipta.

Mari kita perkuat perenungan kita dengan mentadaburi Al Qur'an surat An-Nahl ayat 89: " Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk,serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".

Sadarkah kita bahwa kelak akan dihadirkan saksi untuk kita. Sebagai bentuk pertanggungjawaban perjalanan kita, apakah kita benar-benar mengikuti petunjuk-Nya, ataukah kita berjalan sesuai kehendak  pribadi. Mari berbenah sebelum terlambat agar hidup tidak salah arah. Gunakan kompas kehidupan untuk keselamatan perjalanan kita menuju kampung akhirat.


Wallahualam bish-shawab

Desa Menari, 11 Januari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan




Posting Komentar untuk "KOMPAS KEHIDUPAN "