MENAPAKI JALAN SABAR
Pagi-pagi rombongan seniman muda bersiap untuk menghadiri sebuah acara di Resta pendopo. Salah seorang pemuda uring-uringan karena teman-temannya belum berkumpul semua. Suasana yang sebelumnya slow menjadi sedikit meningkat memanas. Seolah, cuaca dingin dan kabut yang menyapa dihempaskan begitu saja oleh cuaca panas dihati.
Selang beberapa waktu, sudah berkumpul semua dan berangkatlah rombongan tersebut ke acara yang dituju. Mereka mengendarai dua mobil Elf. Ada yang bersenandung, ada pula yang asyik dengan HP. Bahkan ada yang nyicil tidur, karena baru balik kerja sift malam dan langsung berangkat.
Sampai dilokasi, suasana acara masih sepi. Hanya para panitia yang lalu lalang menata tempat. Rombongan seniman muda tersebut menurunkan peralatan pentas. Tiba-tiba suasana yang sudah mencair memanas lagi. Salah satu alat ketinggalan. Bahkan, tanpa alat tersebut mereka tidak bisa menunjukkan kebolehan mereka dihadapan para tamu.
Beruntung ada 2 orang anggota yang belum berangkat. Jadilah bisa terbawa alat tersebut. Disini kita familiar dengan ungkapan orang-orang sepuh ketika terjadi kemalangan. Mereka masih berucap " untung saja..." Berkat dua orang yang tertinggal, justru mereka bisa menyelamatkan muka mereka. Pun tidak perlu mereka balik ke rumah yang cukup jauh.
Waktu pertunjukan tiba. Mereka bisa menyuguhkan penampilan yang memukau para tamu eksekutif yang hadir. Mereka dipersilahkan kembali ke ruang transit. Acara di ruang utama berlanjut. Peralatan pementasan masih berada di dalam ruang.
Roda waktu seolah berjalan melambat. Mereka mulai jenuh menunggu. Mau pulang tidak bisa, karena peralatan belum boleh diambil. Pihak panitia tidak berani memberikan ijin. Karena di dalam ruangan para bos sedang melakukan ghatering. Mereka harus menunggu sampai acara selesai.
Mereka tidak mungkin hanya menunggu diam. Ada yang jalan-jalan sampai pegel bolak-balik. Karena lokasi acara berada di Resta pendopo yang luas dan lengkap sarananya. Capek, mereka duduk-duduk. Anggota yang lain melanjutkan tidur. Sebagian lagi melakukan apapun yang bisa untuk mengusir kebosanan.
Setelah waktu dhuhur dan break. Mereka juga belum diperkenankan mengambil peralatan. Wajah sebagian menjadi masam. Menggerutu, masih sampai kapan menunggu. Sebagian yang lain menenangkan. Sabar dulu toh. Kan juga tidak setiap saat mereka seperti ini. Honor kita juga melebihi kalau kita pentas ditempat lain.
Saat para bos sudah mulai meninggalkan ruang meeting. Panitia mempersilahkan mereka mengambil peralatan. Panitia mengundang kepala rombongan untuk menyelesaikan administrasi. Mas, ini dari pimpinan jadinya cash ya. Beliau bilang tidak usah ditransfer. Tadi juga dilebihkan dari pimpinan, karena seneng dengan penampilannya. Silahkan dihitung dulu. Begitu memungkasi maksudnya.
Kepala rombongan membuka amplop yang diberikan. Sambil menghitung uang yang diberikan. Bunga bermekaran di hatinya. Nominal yang diberikan dilebihkan 50% dari nilai kontrak yang disepakati.
Kembali kepada rombongan. Kepala rombongan menyampaikan kepada teman-temannya. Ini uangnya sudah dikasih. Mereka seneng dengan penampilan kita. Dikasih bonus 50% juga tuh, ucap kepala rombongan seolah acuh. Anggota lainnya serempak mengucap Alhamdulillah. Wajah mereka berseri-seri. Menghapus air muka masam yang sebelumnya tergambar jelas.
Anggota rombongan nyeletuk. Loh bener toh, mau sabar menunggu berbuah manis. Jadilah mereka pulang dengan hati berbunga-bunga. Mereka saling bercanda. Semoga diundang kesini lagi, celetuk salah seorang dari mereka. Serempak mereka menjawab aamiin.
Sementara, kepala rombongan masih ditahan di lokasi. Dia mau diajak ketemu pimpinan penyelenggara kegiatan. Saat bertemu, seorang ibu paruh baya menjabat tangannya. Terimakasih ya mas, sudah membantu mensukseskan acara ini. Para bos senang tadi.
Setengah bulan lagi akan diadakan acara besar lagi disini, tutur ibu tersebut. Saya coba ajukan ke yang punya acara. Kalau mereka berkenan ada sajian nuansa etnis. Saya masukkan kelompok mas untuk mengisi acara lagi. Begitu dulu ya mas. Singkat padat jelas. Ibu pimpinan pergi setelah menjabat tangan kepala rombongan.
Dia kemudian balik ke parkiran. Mengambil kendaraan, menyusuri jalanan menuju rumah. Sesampainya dirumah, ternyata teman-temannya belum selesai menurunkan peralatan. Dia menyampaikan kepada teman-temannya. Setengah bulan lagi akan ada acara ditempat yang sama. Baru diajukan ke pemilik acara. Kalau cocok mereka akan menggunakan kita lagi untuk mengisi acara. Serempak mereka menjawab Alhamdulillah.
Sebuah pembelajaran indah. Bahwa keterburu-buruan akan senantiasa menyisakan permasalahan. Kesabaran adalah jalan menuju keberuntungan. Bukankah dalam sebuah ungkapan menyampaikan dengan lugas. " Man shabara zhafira" artinya barang siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung. Dan kehidupan senantiasa menyuguhkan orang yang menapaki jalan sabar, hidupnya akan senantiasa beruntung. Sabar adalah proses yang harus ditempuh, meski didalamnya kadang tidak mengenakkan.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 28 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "MENAPAKI JALAN SABAR "