MENYALAKAN LENTERA KEHIDUPAN
Perjalanan kehidupan adalah rangkaian mozaik yang indah dalam gerak semesta. Mentari menebarkan cahaya indahnya menandakan adanya kehidupan. Bukankah kita semua tahu, bahwa pohon akan tumbuh dengan subur tatkala cahaya cukup meneranginya. Bahkan ditempat sempit pun, pohon akan mengejar arah cahaya.
Manusia laksana pohon yang tumbuh dibimbing oleh cahaya. Hanya orang rugi dan nekat menjemput kesengsaraan, ketika ia mengabaikan cahaya dalam hidupnya. Manusia yang berakal sehat akan senantiasa menundukkan dirinya demi memberikan ruang bagi cahaya Ilahi untuk membimbing langkahnya.
Namun kebanyakan dari kita lupa arah dan gelap mata. Cahaya Ilahi tertutup, sehingga kita lupa jalan pulang. Orang tersebut diibaratkan berjalan dalam pekatnya malam tanpa cahaya penerang sedikit pun. Penutup cahaya kehidupan tersebut adalah nafsu. Ibarat majikan yang dikendalikan pelayan. Menjadi kerdil dan kehilangan potensi utamanya.
Imam Al Ghazali memberikan ilustrasi yang indah sebagai berikut " nafsu bertindak sebagai pelayan bagi panca indera. Panca indera bertindak sebagai pelayan akal, sedangkan hati adalah lentera dan lilin yang cahayanya bisa digunakan untuk melihat hadirat Ilahi."
Lebih jauh, Imam Al-Ghazali menggambarkan "hati sebagai raja, akal sebagai perdana menteri". Manusia harus belajar untuk menundukkan akalnya pada bimbingan hati. Karena hatilah yang hidup dan sehat laksana cahaya yang membimbing arah ditengah kegelapan.
Salah Arah Perjalanan
Manusia lebih sering mengedepankan akal dalam menjalani hidupnya. Akal tanpa bimbingan hati akan mudah dikendalikan oleh nafsu. Akal senantiasa terjebak pada perbandingan benar salah, hitam putih dan seterusnya. Akal juga akan mengalami keterbatasan ketika bertemu dengan persoalan yang tak terselesaikan. Ketika akal mentok, manusia mudah terkena frustasi dan nafsu yang mengendalikan. Jadilah hidup dalam kesengsaraan.
Hal ini akan terlihat jelas, ketika manusia dirundung masalah. Saat akal yang membimbing, maka akan mudah terombang-ambing dalam sudut pandang benar salah yang sempit. Dia berusaha terus mencari jalan penyelesaian keluar.
Seorang pejalan kehidupan pernah berkisah tatkala dirundung permasalahan. Dia berpetualang kesana kemari, bertemu dengan para penempuh kehidupan diberbagai wilayah. Setiap bertemu dengan orang yang dianggap mumpuni, dia mengeluhkan masalahnya. Berharap jalan keluar segera dari masalah yang mendera. Semakin banyak jawaban yang terkumpul. Mulailah akalnya memilah dan memilih, membandingkan jawaban satu dengan lainnya.
Waktu berlalu, masalah belum terselesaikan jua. Dia semakin bingung dan hampir berputus asa. Dia mulai mengurung diri dan mencoba mengurai masalahnya. Tubuhnya telah tergerogoti lelah, hingga seperti sebatang pohon yang layu. Pikirannya semakin mengembara entah kemana. Seperti layang-layang putus yang terombang-ambing dalam ketidakpastian. Dia bagaikan pengembara yang telah salah arah perjalanan.
Berjalan Dalam Terang
Penempuh jalan tua pengembaraan menghampiri pejalan yang dirundung duka tersebut. Anakku, kenapa lentera tidak kau nyalakan dalam gulita hidupmu? Pejalan tersebut tersentak menemukan secercah harapan. Guru, apa yang engkau maksud lentera itu, begitu dia menjawab. Tersenyum sejenak, sang guru menjawab. Kenapa kau tutup lentera dihatimu. Bukankah, disitu Tuhan senantiasa membimbing melalui cahaya-Nya.
Guru, bagaimana cara untuk menyalakan lentera dihati, sambungnya. Nyalakan lenteramu dengan penerimaan. Semakin kau menolak masalahmu, bukan jalan keluar yang kau temukan. Anakku, penderitaan bukan disebabkan oleh peristiwa atau kenyataan yang terjadi, tetapi karena kita tidak belajar menerima kenyataan. Kalau kita menerima yang terjadi, berarti kita ridho dengan Allah, dan itu tandanya iman.
Anakku, ingatlah pesan Baginda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Tirmidzi " Barangsiapa yang ridho ( kepada ketentuan Allah), maka Allah ridho kepadanya." Gunakan pandangan imanmu anakku, bukankah kalau Allah ridho, disitulah jalan keluar segera datang.
Ridho itu tidak pasif, tetapi sikap aktif menerima apa yang terjadi. Bukan melihat peristiwa yang terjadi, tetapi melihat disebalik peristiwa yang ada, yaitu Allah SWT. Ketika ridho, niscaya akan terang cahaya batinmu dan terbuka jalan keluar dari masalahmu. Sang pejalan tersedu-sedu dengan hati yang bermekaran, seraya mencium tangan sang pengembara. Sang pengembara tersenyum, seraya mengelus punggung pejalan kehidupan tersebut. Anakku, sudah waktunya saya melanjutkan perjalanan. Pesanku, ketika masalah menimpamu, jangan terlalu jauh berjalan keluar dengan pikiranmu . Berjalanlah kedalam hatimu, untuk kau temukan terang lentera kehidupan dari Sang Pemberi Cahaya.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 19 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "MENYALAKAN LENTERA KEHIDUPAN "