PENGONTROL ARAH KEHIDUPAN

 Foto gratis dari Plang

 

 PENGONTROL ARAH KEHIDUPAN

 

Pernahkah kita tersesat meskipun kita sudah mengetahui rute dalam perjalanan. Bisa jadi kita mengalami hal tersebut bukan karena kita tidak tahu arah tetapi karena lalai selama perjalanan. Mungkin kita asyik ngobrol dengan teman perjalanan kita  atau bisa jadi fikiran kita berjalan-jalan sendiri, sehingga kita tidak konsentrasi pada arah perjalanan.

Hal ini dialami oleh tamu saya pada hari Rabu yang lalu. Dari Semarang mereka sudah memasang rute Google maps menuju Desa Menari. Mereka memasuki jalan tol harusnya keluar exit tol Salatiga ternyata mereka asik ngobrol dan sampai di bandara Adi Sumarmo Solo. Hal ini menyebabkan waktu perjanjian yang kita sepakati jadi meleset. Kerugian dialami oleh mereka karena lupa mengontrol arah.

Pengalaman seperti ini bisa jadi pernah kita alami atau bahkan sering karena kita tidak berkonsentrasi pada arah perjalanan. Begitupun hidup yang sejatinya adalah sebuah perjalanan dengan rute yang sudah ditetapkan, terkadang kita bisa belok dalam proses perjalanan tersebut. Godaan selama perjalanan dalam hidup ini silih berganti tanpa henti. Karena gempuran godaan tersebut orang bisa lupa arah lepas kontrol dan akhirnya berbelok jauh dari rute perjalanannya harus ditempuh menuju hakikat perjalanan hidup ini.

Sebagai manusia yang sering lupa, kita memerlukan panduan yang jelas agar kita tidak salah arah dalam menjalani proses kehidupan ini. Kita memerlukan alarm ya kan terus mengingatkan agar tidak berbelok dan mencapai tempat tujuan yang  dituju. Pernahkah kita merenungkan alarm apa yang diperlukan dalam hidup ini. Ataukah Tuhan sebagian pencipta kita sudah memberikan sarana sebagai alarm atau pengontrol arah, agar kita tidak tersesat dalam menjalani hidup ini.

Di Sekolah Kehidupan kita disadarkan tentang alarm yang sudah disediakan oleh Allah Sang  Pencipta , agar  kita tidak salah arah sehingga selamat mencapai tujuan dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Pengontrol arah dalam perjalanan kita tidak lain adalah shalat.

Shalat yang diperintahkan dalam rangkaian 5 waktu kalau kita renungkan adalah sebuah alarm agar  tidak berbelok arah. Di waktu pagi hari kita sudah diingatkan dengan alarm menjalani hari itu dengan shalat subuh. Di tengah hari ketika di tengah-tengah kesubukan kita diistirahatkan sekaligus untuk mengontrol arah kita lagi dengan shalat zuhur. Perjalanan siang menuju sore, diingatkan lagi dengan  shalat ashar. Menuju pergantian waktu kita diingatkan kembali dengan shalat magrib. Dan untuk menjalani malam hari kita kita diingatkan lagi dengan menjalankan shalat isya. Itulah alarm atau sarana yang diberikan oleh Allah sebagai pengontrol arah  kehidupan kita.

Bukankah kita sering mendengar nasehat dari para bijak Bestari dan alim ulama ketika kita sedang dirundung masalah, maka mereka akan mengingatkan perbaiki hubunganmu dengan Allah dan perbaiki shalatmu. Bagi kita yang masih dikendalikan oleh akal rasional  tentu akan bertanya apa hubungannya saya minta solusi dalam kehidupan perbaikan dalam kehidupan tetapi harus memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan shalat.

Manusia  tentu tidak ingin kehidupan kita kacau dan berantakan. Karena dalam keadaan seperti ini tidak akan tercapai kedamaian dalam hidup. Agama dalam hal ini adalah tuntunan bagi kita menuju kedamaian dan jauh dari kekacauan hidup. Sebagaimana definisi dari kata agama itu sendiri dari bahasa sansekerta yaitu,  A artinya tidak,  gama artinya kacau. Orang beragama berarti orang yang tidak kacau dalam hidupnya.

Betapa pentingnya shalat ini bagi kehidupan manusia sehingga satu-satunya ibadah dalam Islam yang tidak bisa ditinggalkan walau dalam keadaan apapun adalah shalat. Karena kita semua tahu dalam rukun Islam bahwa shalat itu sebagai tiang agama.

Mari kita renungkan dan ambil hikmah dalam kehidupan kita dari sabda nabi Muhammad SAW " shalat adalah tiang agama, barang siapa mendirikan shalat maka  sungguh dia telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agamanya" (HR Baihaqi)

Kita semua mesti mengetahui bagaimana sebuah rumah berdiri kokoh itu karena pilar-pilar atau tiang-tiang penyangganya. Bagaimana kalau tiang tersebut kita ambil maka sudah pasti bangunan rumah tersebut akan roboh. Ketika rumah roboh maka akan menimbulkan kekacauan bagi penghuni di dalamnya. Begitupun ketika shalat ditinggalkan maka orang tersebut pasti akan diliputi dalam kegelisahan dan kekacauan dalam hidupnya walaupun dia tidak menyadarinya.

Suatu kesempatan Gus Baha menyanggah sebuah pernyataan yang sering muncul buat apa shalat kalau masih maksiat. Beliau dengan tegas menjawab justru itu salah ketika kita masih bermaksiat tetapi kita tetap menjalankan shalat berarti kita tidak melanggar perintah yang utama sehingga tidak melakukan kemaksiatan yang besar. Bukankah orang yang melanggar perintah pasti akan salah arah.

Maka sudah sewajarnya kita mengontrol kehidupan kita agar tidak salah arah dengan menegakkan shalat. Bukankah nabi Muhammad sendiri menyampaikan bahwa shalat akan menjadi tolok ukur baik tidaknya seseorang di akhir perjalanan.

Dari Anas RA, Nabi Muhammad bersabda " yang pertama kali akan dihisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak maka akan rusak pula seluruh amal perbuatannya ".

Bukankah akhirat adalah masa menuai amal kita. Berarti perbuatan kita di dunia lah yang akan dinilai oleh Allah besok di akhirat. Maka pertanyaan bagi diri kita yang perlu kita renungkan adalah bagaimana shalat kita? Sudahkah kita menegakkan atau mendirikan shalat ataukah masih sebatas  mengerjakan shalat. Mari kita renungkan dan segera berbenah. Agar kita tidak salah arah dan akhirnya berbuah indah.

Wallahualam bish-shawab


Desa Menari, 13 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan

Posting Komentar untuk "PENGONTROL ARAH KEHIDUPAN"