RACUN KEHIDUPAN
Kisah nyata ini dialami oleh salah seorang petani di desa saya. Pada sebuah musim tanam beliau menanam cabe keriting di sepetak lahan yang dimilikinya. Proses pengolahan lahan sudah berlangsung dan bibit dibeli dari pusat pembibitan yang menjadi usaha banyak masyarakat di daerah Ngablak kabupaten Magelang. Setelah lahan siap bibit tersedia proses tanam pun dilakukan dengan riang gembira oleh petani tersebut dibantu oleh keluarga dan saudaranya.
Menginjak umur 40 hari dari masa panen tanaman terlihat sangat subur dan menyenangkan hati petani tersebut. Dengan kesungguhan hati tanaman cabe keriting tersebut dirawat disiangi hingga musim masa berbunga datang. Para petani lain yang lewat senantiasa terkagum-kagum dengan suburnya tanaman cabe keriting yang ada di lahan tersebut.
Pada pagi buta setelah salat subuh petani pemilik lahan tersebut berangkat untuk menyemprotkan obat penumbuh buah. Keesokan harinya ketika petani tersebut datang ke ladang perasaan sedih berkecamuk sampai petani tersebut menangis di tengah ladang. Seluruh tanaman cabe layu dan mulai ada tampak yang seperti terbakar. Sepulang dari ladang dia menemui istrinya yang juga dirundung kesedihan karena kekeliruan yang dilakukan suaminya pada hari sebelumnya. Ternyata obat yang dia semprotkan pada pagi hari sebelumnya bukan obat penumbuh buah tapi racun atau obat pembasmi rumput liar.
Begitulah kehidupan seni berganti seperti contoh petani naas di desa saya tersebut. Rasa gembira dalam sekejap bisa beralih menjadi duka karena kesalahan yang kita lakukan. Berbicara mengenai racun yang sangat ampuh untuk membunuh tanaman dalam waktu singkat tersebut, lantas kita berpikir apakah racun yang juga bisa membunuh kita dalam proses kehidupan.
Sikap angkuh atau sombong ternyata adalah sebuah racun yang sering tidak disadari dalam keseharian. Sikap sombong bisa menghinggapi siapapun tanpa memandang latar belakang. Seperti yang disampaikan oleh presenter dan motivator Merry Riana dalam cuitan Twitternya pada 21 September 2012 menyebutkan " bagaikan sebuah racun, kesombongan hanya akan membunuhmu secara perlahan-lahan, namun pasti".
Rasulullah SAW mengingatkan tentang karakter sombong ini. Beliau bersabda " sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia" (HR Muslim). Bukankah ini sebuah karakter yang menggejala di tengah-tengah kehidupan kita bahkan bisa menghampiri tanpa disadari oleh diri sendiri.
Orang menjadi angkuh karena dirinya merasa benar. Karena sikap seperti ini dia menolak kebenaran yang disampaikan oleh orang lain. Kebenaran yang dimiliki oleh orang yang sombong menjadi hijab dalam hidupnya untuk mendapatkan rahmat Allah SWT. Lebih berbahaya lagi apabila merasa benar ini bukan dilandasi oleh fakta dan data yang valid tetapi hanya karena perkiraannya saja. Kalau dalam bahasa guyonan sering disebutkan amargo dolane kurang adoh ( bermainnya kurang jauh). Merasa benar terkadang juga menghampiri orang-orang yang dititipi ilmu oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Karena ilmu yang dimilikinya justru membuatnya menjadi angkuh dan mengabaikan kebenaran yang lain.
Sikap sombong menarik pada hadist yang tersebut juga bisa dilihat dari meremehkan orang lain. Pada era digital ini kalau kita tidak berhati-hati sangat mudah terjebak dalam sikap meremehkan orang lain. Melihat postingan orang lain kita bisa jadi berkomentar yang negatif terhadap orang tersebut tanpa bertabayun atau mengklarifikasi terlebih dahulu. Meremehkan orang lain itu muncul karena seseorang tersebut merasa memiliki strata yang lebih tinggi atau merasa lebih baik dibanding orang yang kita remehkan.
Sikap sombong ibarat racun yang sangat ganas yang tidak perlu tempo lama bisa membunuh orang tersebut. Kesombongan akan meracuni pertumbuhan jiwa dan membahayakan pertumbuhan spiritual seseorang. Ketika mencapai keberhasilan, orang yang sombong menganggap itu semua adalah hasil dari kerja kerasnya tanpa bantuan orang lain bahkan tanpa campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Bukankah kita sangat familiar mendengar tentang kisah kesombongan Firaun yang akhirnya ditenggelamkan di laut merah oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk sudah selayaknya kita menyadari bahwa tidak ada yang perlu kita sombongkan dalam hidup ini. Karena di atas segalanya hanya ada Sang Pencipta yang maha mengatur dalam seluruh proses kehidupan. Bahkan Allah subhanahu wa ta'ala mengancam dengan keras orang yang bersikap sombong.
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari sahabat Abu Hurairah disebutkan " kesombongan adalah pakaian kebesaran-Ku dan keagungan adalah kain penghias-Ku. Oleh karena itu, barang siapa yang menanggalkannya salah satunya dari-Ku, Aku akan masukkannya ke dalam neraka jahannam".
Terapi kesombongan ini sebenarnya dengan kita mengakui kebesaran Allah SWT. Bukankah ketika kita mengucapkan takbir Allahu Akbar, kita mengakui hanyalah Allah yang Maha besar selain Allah berarti kecil bahkan hina. Untuk mengikis kesombongan dalam diri kita bahkan ini dijadikan sebagai sebuah anchor atau jangkar yang diulang-ulang dalam keseharian kita. Hal ini terlihat saat kita melakukan shalat bahkan kita mengawali dengan takbiratul ihram dan di sela-sela pergantian gerakan, kita pun diminta untuk takbir yang berarti mengikis kesombongan kita.
Maka mari kita betul-betul meresapi kalimat takbir yang setiap saat kita ulang-ulang dalam shalat. Sudahkah kita bisa memasuki ke rasa keterhinaan kita dan masuk ke wilayah kebesaran Allah SWT saat kita mengucapkan takbir? Kalau belum kesombongan akan terus bercokol bahkan mengeras seperti batu di dalam diri kita yang lambat tahun akan menghalangi atau menghijab kita dari Allah SWT. Mari terus berbenah dan belajar agar kesombongan mudah ditundukkan dan tidak menjadi racun dalam kehidupan kita.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 14 Januari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "RACUN KEHIDUPAN "