SIAP MENERIMA KEJADIAN


SIAP MENERIMA KEJADIAN


Pagi-pagi sudah hujan, begitu gerutu kebanyakan orang menghadapi musim akhir-akhir ini. Pekerjaan jadi kacau semua, gerutunya lebih lanjut. Akhirnya hujan yang membawa rahmat, berubah jadi petaka diri, akibat keliru mensikapi keadaan. Ketika pikiran sudah berisi sampah keluhan seperti ini, yang ada hari dijalani dengan perjalanan yang kurang berarti. 

Saya juga tipikal orang yang mudah tersulut oleh keadaan lingkungan. Aktivitas sebagai pelayan para pejalan harmoni di Desa Menari, banyak terpengaruh oleh keadaan cuaca. Saat rangkaian cerita yang mau disuguhkan kepada tamu telah disusun, bisa berubah total karena hujan. Sebelum sudut pandang diri berubah, biasanya uring-uringan. Dampaknya, teman-teman bisa kurang nyaman, selesai acara sangat kelelahan.

Perjalanan diri telah menuntun pada rangkaian cerita indah. Allah SWT membimbing diri  untuk ditempa di Sekolah Kehidupan. Sebuah pesan tua bergema kembali dalam ruang pembelajaran di Sekolah Kehidupan. Siap menerima kejadian,  begitu pesan pembimbing saat mengawali bab pertama dari 7 Ilmu Penjernih Hati. Sadar diri yang sering khilaf. Bersemangat saat bersama, lupa saat menyendiri. Maka, oleh-oleh dari Sekolah Kehidupan berupa lembaran kertas berisi tulisan Siap Menerima Kejadian menjadi jangkar kehidupan. Terpasang indah menghiasi ruang tamu. Sebagai pengingat diri setelah berkelana dalam rimba kehidupan. Berharap ketika pulang langsung tersadarkan kembali dengan jangkar yang terpasang indah di ruang tamu. Ternyata, perlahan diri ini bisa berbenah.

Ditarik pada rangkaian kisah kehidupan yang meluas. Bisa jadi orang mudah frustasi dan tersulut pesimisme menghadapi pergolakan zaman.Putaran waktu menuntun kita pada keadaan rumit, melebihi apa yang pernah dibayangkan. Pandemi bagaikan badai yang menghantam tatanan kehidupan. Gelombang kecemasan bak air bah yang menerjang dimana-mana.

Dunia baru berjalan dalam nuansa berbeda. Belum sepenuhnya pulih, kini dunia terancam resesi. Perilaku amoral yang diobral bagaikan kacang rebus di angkringan. Bagi penempuh kehidupan yang berjiwa kerdil, bisa terombang-ambing dalam kecemasan, bahkan mengutuk keadaan. Ini salah si itu, gerutunya. Lebih lanjut dia berujar, kita telah salah memilih orang, sehingga keadaan semakin kacau. 

Sebuah pesan tua bergema kembali melalui penuturan Gede Prama, sang Guru Kehidupan dari pulau Dewata. " Manusia bisa mendapatkan lebih banyak dengan melakukan lebih sedikit. Maksudnya, lebih sedikit berpikir lebih banyak mengalir. Lebih sedikit memaksa, lebih banyak mengikhlaskan. Anehnya, hasilnya justru lebih berlimpah."

Mari kita bertumbuh dengan belajar dari kisah Zen berikut. Suatu hari ada anak muda yang mendahului orang tua di lereng gunung. Dalam perjalanan menuju ke puncak gunung. Di sore hari, ternyata anak muda itu kelelahan. Memutuskan untuk tidak jadi menuju puncak. Orang tua terus berjalan sampai di puncak. Sepulang dari puncak, anak muda bertanya heran pada orang tua ini.

Dengan arif dan bijaksana orang tua ini memberi pelajaran : "itulah problema banyak anak muda. Mau menundukkan gunung. Dan gunung tidak tertundukkan. Kami orang tua datang kesini tidak untuk menundukkan gunung. Tapi untuk memeluk gunung. Uniknya, begitu gunung dipeluk, gununglah yang mengantar kami sampai di puncak".

Belajar dari kisah Zen tersebut, jangan memaksakan diri untuk menundukkan kehidupan. Semakin kita mendikte warna sari kehidupan agar sesuai keinginan, maka kita akan semakin tersiksa. Peluklah kehidupan dengan penerimaan, agar jiwa semakin menguat dan tumbuh indah. Lakukan apa yang bisa dilakukan dalam jejak langkah kehidupan. Ikhlaskan apa yang tidak bisa dilakukan dan diperoleh, begitu pesan dari sang guru. Maka, hidup akan bertumbuh dengan penuh kewajaran, hingga berbuah ketentraman.

Perlu kita menundukkan diri sebagai rasa cinta atas kehidupan. Karena orang yang mudah merespon negatif atas keadaan menggambarkan ada bagian jiwa yang terluka di dalam diri. Semakin kita mengeras terhadap keadaan, sebenarnya kita sedang menganiaya ( mendzalimi) diri sendiri. 

Bukankah semua adalah pantulan apa yang di dalam jiwa. Mari tutup perjumpaan ini, kita renungkan firman Allah SWT dalam surat Yunus ayat 44: " Sesungguhnya Allah tidak mendzalimi manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang mendzalimi dirinya sendiri" 

Wallahualam bish-shawab


Desa Menari, 20 Januari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan


Posting Komentar untuk "SIAP MENERIMA KEJADIAN "