VIBRASI PENERIMAAN


 
VIBRASI PENERIMAAN
 

Minggu,  26 Oktober 2022 menjadi pembelajaran penting tentang penerimaan. Saat itu jadwal kunjungan rombongan dari Subang, Jawa Barat. Mereka, bukan tamu biasa, karena berisi pejabat teras kabupaten, camat, danramil , beberapa kepala desa dan tokoh desa.

Rundown sudah disusun sedemikian rupa untuk menyuguhkan yang terbaik. Agar pelayanan maksimal, kami dari team Desa Menari betul-betul mempersiapkan diri. Rangkaian kegiatan diajukan dan disepakati oleh mereka. 

Sabtu, 25 Oktober 2022 rombongan sudah hadir di desa Sumogawe, satu kecamatan dengan kami. Mengikuti rangkaian kegiatan dengan tema berbeda di desa tersebut. Saya berbarengan dengan mengikuti kelas basic Sekolah Kehidupan. Cuaca cerah dan memompa semangat kami semua untuk hari besok.

Perombakan paradigma hidup betul-betul kami alami dalam satu hari pembelajaran di kelas Sekolah Kehidupan. Mengupas tentang tujuan hidup, kekeliruan dogma yang terlanjur tertanam. Serta bagaimana kami belajar bahagia dengan membahagiakan orang lain. Kelas basic berakhir menjelang magrib.

Baterai diri seperti di charge full. Pikiran mengendap, hati mengembang. Belajar awal tentang penerimaan. Pada sesi akhir, guru pembimbing menyampaikan, bahwa biasanya tesnya langsung akan dihadirkan dalam hidup. Siap menerima kejadian ya, pesan beliau. Kami seluruh peserta kompak menjawab siap.

Setelah sholat magrib kami pulang dari lokasi kegiatan. Saya dan team Desa Menari yang kebetulan ikut, menyempatkan mampir ke Sumogawe, bertemu dengan rombongan dari Subang. Sekaligus meminta tour leader dan driver untuk cek lokasi tempat kami. Saya sampaikan, ini perlu untuk mengetahui bus bisa masuk dan parkir tidak. Mereka menyetujui, melihat lokasi dan menyatakan bus aman bisa masuk.

Waktu berlalu begitu cepat. Kokok ayam telah bergema. Sinar matahari merekah menumbuhkan benih harapan dihati. Warga bahu membahu untuk persiapan final. Jam 10, langit mendadak berselimutkan awan hitam. Dan akhirnya hujan deras mengguyur seperti tak sabar menanti kami untuk berteduh.

Hujan tidak mereda sampai rombongan tiba. Saya hanya bisa tersenyum kecut sembari dalam hati belajar menerima dan teringat pesan di kelas hari sebelumnya. Drama berlanjut, karena bus tidak bisa masuk dan kesulitan untuk mencari parkir. Adu mulut tak terelakkan antara crew bus dan team lapangan Desa Menari. Mereka sampai bolak-balik untuk meminta saya datang ke lokasi bus. 

Saya hanya bilang kondisikan dengan berusaha menjaga ketenangan. Karena saya juga harus menjalani peran lain. Sekaligus memberikan ruang pembelajaran pada team untuk mengatasi masalah dalam tugasnya. Tidak setiap keluhan harus ditanggapi. Tidak semua permintaan bantuan harus segera dikabulkan. Karena setiap orang berhak tumbuh dalam perannya. Dengan merasakan secara utuh rasa senang dan tidak senang. Biarlah semua berproses sesuai alurnya.

Terpaksa rombongan diturunkan di tepi jalan dalam kondisi hujan deras. Team lapangan dengan crew bus menyelesaikan urusan mereka. Gantian para pemandu menjemput bolak-balik para tamu dengan payung. Para pemandu basah kuyup. Tapi raut wajah mereka tampak bahagia. Para tamu meski agak basah dan kedinginan juga tampak ceria. Sungguh pemandangan yang melegakan.

Hujan seolah sedang bercerita, ini rahmat Allah SWT yang sedang dicurahkan. Rundown acara berubah total. Jadilah para tamu hanya duduk di pendopo menikmati cerita yang kami suguhkan. Tapi anehnya kok para tamu juga menikmati, bahkan tampak bahagia.

Ternyata menerima kejadian menjadi kunci. Sebelumnya biasanya dalam keadaan seperti ini saya kalut dan team jadi cemberut. Sikap menerima ini memvibrasi team dan para tamu yang hadir. Saya hanya menyampaikan sebagai pembuka saat mulai menyambut. Kita bisa memilih menggerutu karena hujan ini. Tapi itu tidak akan mengubah keadaan. Bisa jadi ini adalah untuk mengistirahatkan saat lelah perjalanan panjang. Mari kita saling bertaut diiringi rintik hujan untuk menemukan hikmah bersama.

Singkat cerita, adzan magrib  berkumandang, menandai kami harus menyudahi rangkaian kegiatan. Team Desa Menari mengantar kembali ke tepi jalan tempat bus diparkiran. Dengan hati gembira kami berpisah untuk menggenggam kenangan singkat menjadi persahabatan.

Seorang pengusaha yang ikut serta dalam rombongan kemudian berbisik sebelum pulang. Kang Tris, saya minta rekeningnya untuk donasi pengembangan kegiatan pemberdayaan di sini. Mata berkaca-kaca, hati bersyukur. Ternyata, seperti bisikan mesra sang hujan, aku datang membawa rahmat. Jeda, beberapa jam pesan datang, ada transeran masuk. Diiringi pesan WA dari pengusaha dermawan " kang, sedikit ya semoga bermanfaat". Sedikit bagi beliau, besar bagi kami yang menerima nominal dengan deret angka 0 yang banyak dibelakang.

Mengambil hikmah dari kisah ini, jadi teringat untaian indah dari Einstein. " Segala sesuatu adalah energi dan hanya itu yang ada padanya. Sesuaikan dengan frekuensi realitas yang Anda inginkan dan Anda tidak bisa tidak mendapatkan realitas itu. Tidak ada cara lain. Ini bukan filsafat. Ini fisika." Begitu Einstein mengungkapkan dengan lugas.

Realitas adalah respon dari sikap kita terhadap sesuatu. Sedih, bahagia, duka, gembira. Bahkan kemiskinan, kekayaan ataupun kebercukupan adalah getaran dari frekuensi di hati dan pikiran kita. Dan kami belajar pada vibrasi getaran penerimaan yang luar biasa.

https://youtu.be/Lb8vyVfxY78

Desa Menari, 22 Januari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan


Posting Komentar untuk "VIBRASI PENERIMAAN "