MENGATASI KETAKUTAN


MENGATASI KETAKUTAN


Guru Gendeng sudah tampak lebih segar setelah mandi. Mebawa segelas kopi dan ketela goreng di piring menuju pendopo. Seolah sedang bercengkrama dengan desir angin sepoi yang menyapa. Sinar matahari menyapa dengan penuh pesona. Menyibak diantara sela pepohonan yang tumbuh subur disekitar pendopo.

Murid sableng menyusul menuju pendopo, dengan menenteng toples berisi keripik singkong. Guru gendeng menyapa, sudah kelar kerjaan rumah kang? Sudah Ki, sebagian lanjutin nanti saja. Aki mau sarapan sekarang, sela murid sableng. Ntar saja, masih kenyang makan ketela. 

Jam segini biasanya orang sudah disibukkan aktivitas ya kang?, pertanyaan guru gendeng. Seperti sebuah isyarat untuk melanjutkan pembelajaran yang tertunda.  Ya Ki, mulai pada sibuk untuk menjalani peran masing-masing, jawab murid sableng. Banyak orang yang super sibuk menjalani rencana-rencana yang mereka buat. Seolah semua ada dalam genggaman mereka. Lanjut guru gendeng. 

Manusia banyak yang terjebak dalam ketakutan, kalau-kalau rencana tidak berjalan sesuai kehendak mereka. Berjalan dari rencana satu ke yang lainnya. Dengan harapan semua bisa menjadikan masa depan lebih baik. Kadang kala mereka lupa, bahwa tidak semua rencana harus terjadi. Mereka takut memikirkan masa depan. Penuturan guru gendeng, seolah sedang menguliti lapis luar permasalahan manusia.

Mereka sibuk memindahkan perkiraan-perkiraan masa depan pada masa kini. Sering akhirnya pikiran itu menghantui. Terlebih memikirkan nasib mereka dimasa mendatang. Apalagi bagi yang sudah berkeluarga. Takut akan masa depan keluarga terutama anak cucu. Mengingat kondisi sosial yang mewartakan kecemasan. Lebih-lebih bayangan kebutuhan hidup masa depan yang sangat berbeda  dengan saat ini.

Ketakutan ini kadang menjebak mereka begitu over protektif dalam menjalani hidup. Belum lagi memikirkan bagaimana nantinya sepeninggal dirinya. Frustasi menghantam bak palu godam. Ketakutan memikirkan bagaimana hidup anak cucu. Tentunya yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani dan turunannya. 

Manusia sering lupa melihat sekitar secara jernih alur kehidupan. Kita sering abai bahwa kehidupan sudah ada yang mengatur. Manusia juga sering terjebak pada anggapan bahwa yang mencukupi kebutuhan adalah dirinya. Kita bisa melihat ketika ada anak yatim piatu sejak kecil pun dia bisa tumbuh sampai dewasa. Lantas siapa yang mencukupi, kalau bukan Allah SWT. Tentunya melalui sarana kehidupan yang ada. 

Ketakutan menjalani hidup berasal dari rasa was-was. Pemicunya dari dalam adalah lemahnya  kesadaran hidup, bahwa hidup ada yang menjalankan. Kita sebagai mahluk tinggal menjalani peran. Orang yang lemah keyakinan akan mudah mendapatkan hembusan rasa khawatir dari pihak luar. Bisa dari manusia lain ataupun mahluk diluar manusia.

Lantas bagaimana untuk mengatasi rasa takut menjalani hidup Ki? Murid sableng seperti tidak sabar untuk mendapatkan jawaban dari gurunya. Penyakit takut ya harus di atasi dengan ta'awudz. T lawan T kata guru gendeng. Orang mudah terjangkit ketakutan karena tidak masuk dalam perlindungan yang kokoh. 

Maka awali dan jalani hidup dengan ta'awudz. Dengan memohon perlindungan Allah SWT dari godaan syetan dalam arti luas. Bukan sekedar membaca kang, tapi harus masuk dalam dimensi perlindungan. Saat membaca, kesadaran harus terbuka masuk dalam perlindungan Allah SWT. Orang sering membaca ta'awudz, tapi sekedar lalu saja. Tidak masuk kedalam rasa dilindungi oleh Dzat Yag Maha Pelindung.

Orang yang masuk dalam perlindungan Allah SWT akan mulai mengendur rasa was-was dalam menjalani hidup. Orang bahkan bisa dikategorikan sombong bila merasa bisa menjalani hidup tanpa perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Karena hidupnya pasti sangat rentan terombang-ambing dalam godaan. Bahkan Allah SWT menegaskan dalam Qur'an surat An-Nas. Bahwa perlindungan itu hanya ada pada Allah SWT. Karena setiap saat godaan pasti menghampiri manusia. Hanya orang yang mendapat perlindungan-Nya yang akan tenang menjalani hidup.

Guru Gendeng mencecap kopi yang tersisa. Kemudian mengambil gitar dan bersenandung. Membiarkan murid sableng meresapi pembelajaran. Seolah mendapatkan penegasan dari pembelajaran di Sekolah Kehidupan tentang empat rangkaian doa. Murid sableng tersenyum, kemudian mengambil singkong yang tersisa. Mengunyah dengan pelan dan menikmati singkong yang melumer dimulutnya. Guru dan murid tersebut tenggelam dalam rasanya masing-masing.


Wallahualam bish-shawab

Desa Menari, 6 Februari 2023

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan 

Posting Komentar untuk "MENGATASI KETAKUTAN "