TANGGA EMAS PEMBERSIHAN BATIN
Hidup akan senantiasa mengabarkan banyak berita. Berita yang tersiar mewartakan hal-hal positif maupun negatif. Terlebih dizaman digital ini. Berita sudah seperti air bah yang tak terbendung. Semua terdengar dan terlihat tanpa tedeng aling-aling. Begitu transparan seperti terpajang jelas di etalase kehidupan.
Orang dipucuk gunung pun sekarang bisa dengan mudah melihat berita dipusat kota. Dari hal-hal besar sampai hal yang bersifat remeh temeh maupun pribadi diumbar begitu saja. Dulu orang menganggap tabu menyiarkan kabar tentang diri. Sekarang justru berlomba untuk dipublikasikan. Atas nama rating, like, dan mengejar jumlah follower. Orang bisa melakukan hal-hal yang tidak lazim. Tampaknya pepatah sejak zaman lampau begitu nyata dizaman ini. Kalau kau mau terkenal kencingi saja sumur dipemukiman. Orang mendadak viral karena hal-hal diluar nalar sehat.
Semua seolah berebut pasar popularitas. Karena asumsi yang beredar, semakin populer akan semakin mudah mendapatkan rezeki. Mentalitasnya tergerus oleh tuntutan kekinian. Hal ini menjadikan lupa daratan dan tidak menggubris halal-haram. Semua diterjang demi segenggam dunia yang semu belaka. Karena orang-orang yang terdikte roda zaman akan senantiasa ditarik dalam gelombang kebingungan. Dunia digenggam tapi sibuk mengeruk yang diluar. Lupa bersyukur dan menikmati. Hidup hanya seolah untuk menumpuk aksesoris dunia. Tampak gemerlap diluar, tapi sepi dan merana didalam jiwa.
Mengamati deru kehidupan yang pasang surut penuh kepura-puraan tersebut. Para pejalan kehidupan merenung lebih dalam, apa sebenarnya yang dicari? Kalau bahagia itu diperoleh dengan banyaknya dunia. Mengapa justru banyak orang yang menderita dibuatnya. Pejalan jernih kehidupan kemudian bertemu dipojok perjalanan. Melihat orang yang bergelimang dengan dunia, tetapi seolah mereka tak menggubris. Apa yang ada segera dibagikan kepada yang memerlukan. Dunia bagi mereka sekedar sarana saja. Rupanya inilah para penempuh jalan kehidupan yang telah sadar bahwa semua sekedar titipan. Ajaibnya dunia justru tertunduk untuk melayaninya.
Menelisik dari dua fenomena yang kontras ini. Seorang penutur kejernihan pernah berujar. Letak kualitas seseorang ada pada keyakinannya. Kalau dia yakin dunia adalah tujuannya maka itu yang akan dikejar mati-matian. Walaupun dampaknya sangat mengerikan. Tubuhnya tercabik-cabik dalam lelah. Jiwanya meronta karena tidak pernah diperhatikan. Ketika diperoleh pun semakin haus seperti meminum air laut. Sibuk mencari lupa menikmati.
Disisi lain, orang yang yakin akhirat adalah tujuannya. Dia akan berjuang bersungguh-sungguh untuk mengejarnya. Dunia dibiarkan mengejarnya tergopoh-gopoh. Orang-orang ini yakin bahwa dunia akan melayani akhlul akhirat. Bukan terletak pada jumlahnya, karena berbeda tiap orang sesuai takarannya. Tapi pada efek kemanfaatan dan keberkahan. Maka kita sering menemui orang-orang yang telah memunggungi dunia. Membulatkan tekad pada pengabdian kepada Allah, dunia justru tersungkur dan bersujud dihadapannya.
Seorang kawan pejalan kehidupan menuturkan cerita indah. Tentang bagaimana kehidupan seorang Zahid dikampungnya. Hidupnya total hanya bergantung pada Allah. Waktunya hampir mayoritas habis untuk melayani umat dan masyarakat luas. Bekerja untuk urusan dunia sangat sedikit. Tapi ajaibnya perolehan dunia melebihi masyarakat biasa yang hanya sibuk mencari dunia siang malam. Hasilnya pun lebih membawa kemanfaatan bagi kehidupan. Bukan hanya untuk diri dan keluarga, tapi juga untuk masyarakat luas.
Para zahid yang total mengabdi hanya kepada Allah adalah orang yang bersih batinnya. Mereka mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka. Para penempuh kehidupan yang bertumbuh menjadi kekasih-kekasih Allah (wali). Hidup mereka jauh dari rasa takut dan khawatir. Mereka adalah kaum yang disebut Allah dalam Q.S Yunus ayat 62 "Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
Pelaku kehidupan yang telah sepenuhnya membulatkan tekat hidup untuk menghamba pada Sumber Kehidupan adalah para permata dunia. Mereka akan senantiasa menjadi magnet untuk berkumpulnya para pejalan kehidupan. Sesekali mereka juga akan dikerubuti para ahlul dunia yang telah compang-camping batinnya. Mereka adalah para penjaga kehidupan agar krisis keyakinan tidak semakin menggurita. Mereka adalah para penyembuh luka jiwa yang mengantarkan manusia kembali pada pakemnya. Menjadi raja dunia ( khalifatullah) bukan sekedar menjadi budak dunia.
Maka sudah sewajarnya kita bersimpuh mendengarkan bimbingan para zahid. Mereka seperti dokter ruhani yang dengan telaten dan sabar mengobati luka jiwa. Mereka membimbing manusia untuk tidak keruh oleh kabar burung yang beredar luas. Menuntun langkah untuk tidak sekedar menjadi pelaku kehidupan dunia. Tapi mengarahkan manusia pada tujuan akhirat. Mereka menumbuhkan keyakinan bahwa dunia ini awal pasti akan mengikuti orang yang berjalan menuju akhir. Mereka memandu para penempuh kehidupan untuk menuju petunjuk jalan kejernihan. Mengawali langkah dengan membersihkan batin.
Seorang Guru Kehidupan bertutur indah tentang tiga tangga emas pembersihan batin, yaitu, berniat baik, bertindak yang baik dan kemudian menjadi baik. Begitu tiga tangga emas ini terlalui, batin manusia menjadi bersih. Pribadi seperti ini telah hening dalam keramaian. Maka kabar dunia seperti apapun akan tersaring dengan jernih dalam langkah hidupnya. Semoga kita bisa bertumbuh menjadi pribadi yang bersih batinnya. Semoga rahmat dan ridho Allah tercurah untuk kita semua.
Wallahualam Bish-shawab
Desa Menari, 24 Februari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "TANGGA EMAS PEMBERSIHAN BATIN "