TERJANGKIT PENYAKIT TBS
Sebelum adzan subuh berkumandang suara deru motor terdengar. Sesosok lelaki usia 50 an tahun dengan penampilan eksentrik turun. Menenteng tas punggung, gitar serta harmonika. Ikat kepala melilit di kepala, entah untuk menutupi cahaya perak dikepala atau apa yang bisa ditutupi. Seperti biasa langsung menuju pendopo.
Dari balik jendela murid sableng mengintip. Sudah hafal dengan kebiasaan gurunya yang satu ini. Guru gendeng pasti habis melakukan safari menyambangi murid-muridnya. Atau sekendak daya menuntunnya kemana. Pasti ada pembelajaran khusus yang harus disampaikan. Para murid juga tidak bisa menuntut untuk mendapatkan pembelajaran. Semau Guru Gendeng menyampaikan apa yang harus disampaikan.
Adzan shubuh berkumandang. Murid sableng menuju masjid. Menyusul Guru Gendeng yang sudah lebih dahulu ke Masjid. Selepas shubuh murid sableng menyambut Guru Gendeng. Menghidangkan kopi yang menjadi suguhan wajib. Setelah ikut mengantar cucu-cucunya ( anak murid sableng), Guru Gendeng mulai menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.
Kang ( begitu panggilan murid sableng), sekarang banyak manusia yang terjangkit TBS. Begitu Guru Gendeng mengawali pembelajaran di pagi yang cerah. Suara burung tiba-tiba semakin sayub, seolah ikut menguping pembelajaran. Wah, apaan tuh Ki? Sahut murid sableng seolah tak sabar menanti . Sambil menyeruput kopi dengan penuh rasa. Guru Gendeng seolah membiarkan murid sableng belajar bersabar menunggu jawaban.
Kepo aja si akang ini, sahut Guru Gendeng sambil tersenyum. TBS itu penyakit takut, bingung, susah kang. Banyak sekarang orang diliputi rasa takut. Ketakutan seperti selimut yang lupa naruh saat bangun tidur. Kemana-mana masih dibawa. Lama-lama orang hidup dalam bayangan ketakutan. Sungguh kasihan orang ini kang. Mau begini takut, mau begitu takut. Ketakutan yang tidak beralasan, tapi diundang oleh yang bersangkutan.
Guru Gendeng menyesap kembali kopi. Ketakutan belum tuntas. Disambung dengan sikap bingung, lanjut Guru Gendeng. Bingung ini menjadikan diri orang tersebut serba ragu-ragu dalam menjalani hidup. Dihatinya senantiasa dihembuskan rasa was-was dan ragu. Orang seperti ini akhirnya tidak produktif menjalani hidup. Kadang kalau akut bingung ini bisa menjadikan orangnya mudah bengong. Fisik disini, tapi pikiran entah kemana. Hidupnya seolah lepas dari bimbingan.
Penyakit selanjutnya adalah susah. Orang banyak yang mengeluhkan hidupnya. Seolah apapun yang dipandang dan ditemui mempersempit jalannya. Hidupnya terombang-ambing dalam langkah yang penuh keraguan. Perjalanan hidup diiringi dengan keluhan. Mendapatkan limpahan nikmat saja masih mengeluh. Apabila dihimpit permasalahan, jadi bertambah susah. Mereka tidak punya pegangan yang kuat dan kokoh.
Murid sableng terus tenggelam dalam pembelajaran. Berkelana dalam samudera hikmah. Menelisik lebih jauh kedalam dirinya. Jangan- jangan dirinya juga terjangkit penyakit TBS tersebut secara akut. Seperti tersadar dari pengembaraan diri. Aki ( panggilannya pada Guru Gendeng), lantas apakah obat dari penyakit TBS tersebut?
TBS ya diobati pakai TBS, jawab guru gendeng acuh tak acuh. Tiba-tiba Guru Gendeng bangkit dari duduknya. Ntar aja, Aki mau mandi dulu. Sana, kelarin dulu pekerjaan rumah, perintah sang guru. Beliau ngeloyor saja sambil menenteng perlengkapan mandi. Seolah, sedang membiarkan murid sableng meresapi pembelajaran. Murid sableng menuruti kemauan sang guru, sembari menunggu apa itu TBS sebagai obat dari penyakit TBS.
Wallahualam bish-shawab
Desa Menari, 02 Februari 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "TERJANGKIT PENYAKIT TBS "