HATI SAMUDERA
Diketahui beliau kehilangan empat anggota keluarga dalam kecelakaan di ruas tol Ngawi-Solo di Gondanglegi, Karanganyar. Peristiwa naas tersebut terjadi pada Sabtu dini hari 25 Februari 2023 pada sekitar pukul 3. Rombongan melakukan perjalanan pulang dari Tulungagung selepas acara pengajian disana. Pada pekan berikutnya sudah beredar video KH. M Solichun yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hasan Magelang. Tampak ketegaran dan hikmah mendalam pada penggalan video tersebut.
Beliau menyampaikan awalnya juga sempat syok. Bahkan seperti kehilangan kekuatan untuk melangkah. Secara manusiawi, pikiran akan mempertanyakan kok begini. Namun Mobah mosiking batin ( dinamika dialog batin) beliu menjadi menep. Beliau ridho pada ketentuan Allah SWT yang terjadi. Bahwa semua sudah digariskan. Tidak ada yang dapat mengelak dari ketentuan takdir. Beliau menjadikan peristiwa ini sebagai batu loncatan untuk mawas diri dan melangkah semakin mendekat kepada-Nya.
Kekuatan diri beliau untuk bangkit ketika mengingat salah satu firman Allah SWT dalam hadits qudsi yang di firmankan kepada Nabi Musa. "Hai Musa, Siapa yang tidak ridha dengan ketentuan-Ku dan tidak sabar terhadap ujian-Ku dan tidak mau mensyukuri nikmat-Ku, maka keluarlah dari bumi-Ku dan langit-Ku lalu carilah Tuhan selain Aku" ( Hadits Qudsi dalam kitab Tanhiqul Qaul)
Pembelajaran hidup yang sungguh luar biasa. Beliau memiliki ketabahan yang luar biasa. Ini adalah buah dari hati yang telah terolah seluas samudera. Kita tahu samudera adalah muara dari segala yang ada dari alur kehidupan. Samudera menampung aneka rupa kehidupan. Samudera juga menjadi tempat bertumbuh dan berlabuh berbagai hal. Ketika sampah yang dikirim, akan tetap berusaha dibawa kepinggir agar tidak memperkeruh kedalaman.
Begitupun manusia yang memiliki hati seluas samudera. Seluruh proses kehidupan ditampung tanpa usaha menghindari. Upaya yang dilakukan adalah memilah dan memilih, untuk kemudian tetap menjaga kemurnian. Dihempaskan dalam pasang surut kehidupan, orang tersebut akan tetap tegar. Hidupnya meluas melewati batasan diri untuk kemudian menebar manfaat sebanyak-banyaknya.
Manusia yang belajar sebagai samudera telah melumat semua kegetiran, melewati kegembiraan dan tetap berada pada proses kemurnian untuk menemukan esensi hidup. Manusia seperti ini bisa jadi terilhami juga dari petuah Socrates. Sang filsuf besar ini berujar "hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi." Seorang pengajar kehidupan pernah bertutur "tanda manusia masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil."
Berkaca pada peristiwa hikmah dari KH M. Solichun tersebut, apa saripati hikmah yang bisa kita petik? Bahwa semua berada dalam skenario Allah. Sebagai mahluk tidak selayaknya melewati batasan untuk mengatur apapun sesuai keinginan. Karena bukan bahagia yang didapat, nestapa yang malah dituai. Maka kita perlu berproses untuk bersama-sama belajar pada samudera. Sehingga penampang hati kita akan semakin luas.
Kunci untuk memperluas penampang hati ada pada hadist qudsi diatas yaitu ridho, sabar, syukur. Ketiga fase ini berjalan beriringan dengan ujian hidup. Ketiganya adalah roda perjalanan menuju kematangan jiwa. Bahkan ketiganya menjadi pintu membuka anugerah-Nya. Bukan perkara mudah memang. Perlu proses untuk menggunakan kacamata hati, bukan berkutat di kacamata pikiran. Karena hati yang jernih lah yang akan memiliki keluasan seperti samudera.
Posting Komentar untuk "HATI SAMUDERA "