MENGGESER SUDUT PANDANG
Suatu hari di salah satu kelas Sekolah Kehidupan ada pembelajaran sangat menarik. Pada sesi refleksi, peserta diminta untuk menyampaikan penerapan pembelajaran dari kelas sebelumnya. Terutama untuk mengevaluasi, sejauh mana surat cinta yang berisi resolusi diri telah dilakukan. Sesi ini lebih pada sharing pengalaman untuk saling belajar satu dengan lainnya.
Fasilitator mempersilahkan siapa duluan yang akan menyampaikan refleksi. Seorang bapak yang telah matang dalam usia menunjukkan jari. Maju kedepan kelas dan beliau mulai bercerita. Setelah mengikuti kelas pertama banyak perubahan yang beliau rasakan. Beliau menjadi semakin sabar serta bersyukur atas banyak hal terjadi. Beliau juga merasakan seperti orang yang jatuh cinta untuk berasyik masyhuk dengan Sang Pencipta. Kalau sebelumnya ada panggilan adzan terasa biasa saja dan seperti angin lalu. Kini beliau senantiasa menunggu panggilan adzan untuk bisa segera bersujud. Perasaan cinta dan rindu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Cerita berlanjut pada sisi drama kehidupan yang menghentak. Mobil yang disayanginya hilang entah dimana. Saking cintanya, plat mobil pun pakai nama beliau. Mobil ini telah menemaninya dalam waktu lama disetiap aktivitas. Beliau bilang bisa ikhlas terhadap hal lainnya, kecuali untuk kasus hilangnya mobil. Coba digali lagi oleh fasilitator untuk mengingat pembelajaran kelas sebelumnya tentang metode iklhas. Beliau tetap bersikukuh belum bisa ikhlas atas hilangnya mobil. Beliau dipersilahkan duduk untuk memberikan kesempatan pada yang lainnya.
Peserta kedua, seorang Ibu paruh baya maju. Beliau juga bercerita tentang banyak perubahan hidup yang dialami setelah belajar Ilmu Penjernih Hati. Hidupnya jadi lebih tenang dalam situasi apapun. Alur bercerita ibu tersebut sangat menggugah dan poin-poin pembelajaran bisa dicerna dengan mudah.
Tanjakan cerita mulai terasa ketika beliau menyampaikan empat mobilnya hilang. Namun yang mengherankan justru ibu tersebut mengucap Alhamdulillah atas hilangnya mobil. Kini beliau bisa melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Merasakan sapaan angin, terik mentari dan sejuknya tetesan hujan. Hal yang sangat lama sekali tidak beliau rasakan. Beliau merasakan betapa nikmat Allah dalam bentangan alam sungguh luar biasa. Kini aktivitas beliau adalah upaya untuk terus berbenah dan mendekat pada Sang Maha Pemelihara.
Si bapak yang sebelumnya masih bersikukuh belum bisa ikhlas atas hilangnya mobil tersenyum sambil manggut-manggut. Allah menjawab langsung tentang bagaimana beliau harus bersikap. Orang lain kehilangan empat mobil justru merasakan sesuatu yang selama ini dicari, yaitu ketenangan.
Begitupun kita dalam menjalani kehidupan. Banyak dinamika yang berjalan sesuai kadarnya masing-masing. Kalau dicari salah dan kurangnya akan senantiasa ketemu. Namun dampaknya jiwa semakin merana karena terjerat dalam keputus asaan. Semua yang terlihat serba kesuraman. Apalagi kalau melihat kehidupan orang lain yang diatasnya. Seperti dihantam palu godam. Kadang menggerutu, kenapa hidupku susah, sedang si dia enak terus.
Berbeda bagi yang bisa melihat kehidupan dari sudut pandang positif. Setiap masalah yang menerpa adalah bahan untuk menempa kekuatan jiwa. Bukan menggerutu, namun sibuk memetik saripati hikmah dari peristiwa yang dialami. Maka jalan hidup orang seperti ini menjadi lapang. Standar hidupnya melihat yang jauh dibawah. Maka syukur bukan sekedar khayalan, karena dasar jiwa akan leluasa memandang segala rupa nikmat. Untuk ukuran masalah dia melihat orang yang lebih besar masalahnya. Maka otot kejiwaannya tumbuh mekar dan menguat.
Kita sepenuhnya menyadari bahwa Allah yang maha menggenggam segala persoalan jauh lebih tahu dibanding diri kita sendiri. Bukankah Allah sudah mengingatkan kita pada Q.S Al Baqarah ayat 216: "Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kau tidak mengetahui"
Berkaca dari kisah nyata yang dihamparkan dari kelas Sekolah Kehidupan tersebut sewajarnya kita menggali hikmah. Sering kehidupan terasa suram karena keliru dalam memandang kehidupan. Maka kita perlu belajar menggeser sudut pandang. Bukan menyerahkan roda kehidupan semata-mata pada kacamata pikiran. Namun jauh lebih penting melihat dari kacamata hati.
Persoalan pelik yang masih menggurita justru pada kerak-kerak yang menutupi kebeningan hati. Kalau hati kita keruh, maka kacamata batin akan suram. Mengingat pentingnya kaca mata hati yang bening untuk menjalani kehidupan. Maka penting bagi kita untuk belajar dan menerapkan ilmu penjernih hati. Agar hidup lebih terasa lapang. Melihat keindahan dalam setiap sudut pandang. Bukan terkurung dalam problema bayang-bayang. Karena penderitaan sebenarnya bercokol dalam bayangan kita. Kalau roda kehidupan dan cerita orang hakikatnya sama sesuai kadarnya masing-masing.
Wallahualam Bish-shawab
Desa Menari, 9 Maret 2023
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "MENGGESER SUDUT PANDANG "