MEMBANGUN HUBUNGAN HARMONIS KELUARGA
DENGAN MENGENALI BAKAT BAWAAN
Judul tulisannya panjang amat ya hehehe. Begitu mungkin pikiran sebagian dari kita bergelayut. Hubungan harmonis dalam keluarga tentu menjadi sebuah idaman. Karena kita semua memahami bahwa tatanan negara yang baik dimulai dari masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik bermula dari hubungan keluarga yang baik. Banyak sekali aspek untuk mewujudkan keluarga yang harmonis. Sisi spiritual tentu dominan. Tapi karena kita masih berbicara tentang pemetaan bakat. Mari kita kaji proses membangun hubungan harmonis keluarga dengan pendekatan pemetaan bakat.
Tiga hal utama yang bisa kita ketahui dari pemetaan bakat bawaan dengan metode psikobiometri adalah mengenai gaya belajar bawaan, sumber motivasi dan bakat bawaan. Ketika dalam satu keluarga sudah terpetakan bakat bawaannya, kita bisa meminimalkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan keluarga. Antar suami istri, orang tua kepada anak dan harapannya antar saudara dalam satu keluarga.
Pengalaman awal kami dalam berkeluarga banyak dinamika yang dialami. Termasuk sampai sekarang sih hehehe. Saya rasa itu juga terjadi hampir disetiap keluarga. Sudah tidak usah cerita rinci problem masing-masing ya, nanti jadi forum curhat dong hehehe. Saya menyampaikan gambaran umum yang kami alami untuk diambil benang merah pembelajarannya.
Gaya belajar adalah segala sesuatu yang mempengaruhi cara orang menyerap informasi, materi pelajaran dan gaya komunikasi. Dalam keluarga kami semuanya berbeda, walaupun ada irisan tertentu yang sama. Sebelum mengetahui pemetaan bawaan. Bisa uring-uringan hanya karena hal-hal sepele. Contoh saya tipe visual teks yang memerlukan ketenangan dalam belajar ataupun mengerjakan sesuatu. Sedangkan istri saya harus mendengar bunyi ketika melakukan sesuatu. Dia bisa tidak produktif kalau suasana sunyi. Karena tipikalnya orang auditori.
Sesuatu yang sepele diatas, tetapi kalau tidak saling memahami bisa jadi ganjalan. Awalnya saya senantiasa uring-uringan ketika sedang beraktivitas, tiba-tiba istri saya menyalakan radio atau memutar youtube di speaker aktif. Namun setelah kami memetakan potensi bawaan. Akhirnya terjadi kompromi. Saya memaklumi ketika istri menyalakan sumber suara asal tidak keras. Atau istri saya memaklumi, ketika akhirnya saya memerlukan tempat yang lebih tenang.
Anak kami yang pertama juga berbeda. Dia tipe visual teks yang beririsan dengan auditori. Saat belajar tv bisa nyala dengan suara keras tapi tidak ditonton, dia asyik belajar di kamar. Anak kedua senantiasa bikin gaduh dengan perlengkapan yang dia pukul. Karena dia tidak cukup mendengar bunyi, tapi harus dengan mengeluarkan tenaga untuk memunculkan bunyi. Disisi lain, ruang jadi berantakan dengan aneka barang yang dia susun sesuai imajinasinya. Termasuk saat belajar dia tidak bisa hanya dengan tempat yang rapi. Anak ketiga belajar dengan ekspresi berbeda. Ada sedikit pementasan ketika melihat dia belajar.
Melihat perbedaan itu saja, kadang kalau ada saudara atau keluarga yang kebetulan masuk rumah bisa bengong. Tapi karena kami memahami perbedaan diantara kami dalam aspek gaya belajar yang bisa jadi terpola dalam gaya kerja, ya enjoy saja. Kuncinya saling mengerti dan memahami satu dengan yang lain. Terjadi kompromi dan penyesuaian agar bisa sama-sama enjoy dengan aktivitasnya.
Aspek berikutnya adalah sumber motivasi bawaan. Kami keluarga yang terpola dalam tipe kognitif dan afektif. Tipe kognitif merespon pertama kali apa yang terjadi dengan pikiran. Sedangkan afektif merespon apapun pertama kali dengan perasaan. Karena kami melihat perbedaan satu dengan lainnya, terutama sebagai orang tua harus belajar extra. Bagaimana menjelaskan informasi ataupun pertanyaan anak dari sumber motivasinya. Karena kalau keliru jadi tidak efektif. Termasuk mensikapi keinginan mereka dan cara bersikap dalam mengawal keinginan.
Terakhir mengenai bakat bawaan yang terpetakan di dalam keluarga kami. Contoh, istri tipe pedagang dan saya pembuat platform. Saya tetap bisa membantu aktivitas istri saya dalam dunia perdagangan. Tetapi tidak sepenuhnya produktif dan tidak enjoy. Begitupun dalam aktivitas saya, istri menikmati sebagai fase rekreasi. Saya tidak bisa menuntut untuk sepenuhnya terlibat dalam aktivitas saya. Begitu juga dengan bakat bawaan anak-anak kami. Sebagai orang tua kami sepakat untuk mengawal perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai pemetaan bawaan mereka. Kami tidak memaksakan. Namun ketika ada hal yang tidak sesuai dengan norma yang kami sepakati, kami komunikasikan dengan basis karakter dasar agar tidak melukai perkembangan kejiwaan mereka.
Bagaimana setelah membaca ilustrasi diatas. Dari sebagian kisah sederhana dalam keluarga kami. Tentang bagaimana membangun hubungan harmonis dalam keluarga. Saya jadi teringat pesan Pak Musrofi, pakar dan praktisi pemetaan bakat yang membimbing kami. Belajar pemetaan bakat itu juga bagian dari proses berspiritual. Setelah kami rasakan ternyata iya juga. Karena hubungan dalam keluarga kami juga terbangun lebih harmonis karena memahami perbedaan diantara kami. Belajar untuk mensikapi perbedaan dan saling memotivasi dan mendukung dengan perbedaan kami masing-masing. Kami keluarga yang juga tidak luput dari kesalahan. Tetapi kami berkomitmen untuk terus belajar bersama agar bisa semakin baik. Karena kami sama-sama menyadari pesan kanjeng Nabi SAW: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah kepada orang-orang yang kamu belajar darinya" (HR Thabrani).
Wallahu a'lamu bish-showab
Desa Menari, 19 April 2023
Kang Tris
Pembelajar Kehidupan dan Fasilitator Pemetaan Bakat
Posting Komentar untuk "MEMBANGUN HUBUNGAN HARMONIS KELUARGA DENGAN MENGENALI BAKAT BAWAAN"