PENTINGNYA IJAB QOBUL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

 


 PENTINGNYA IJAB QOBUL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Sekolah adalah sebuah fase dimana setiap anak yang berkesempatan mengalami tumbuh dengan bebagai dinamikanya. Kita bisa mengingat masa-masa awal ketika masuk sekolah. Penuh dengan drama dan cerita. Ada yang ngambek tidak mau ditinggal. Merasa terasing di dunia baru, bertemu dengan orang-orang yang akan menjadi teman perjalanan. Disitulah harapan orang tua mulai tertanam disanubari agar kelak anaknya menjadi orang yang berhasil.

Sekolah menjadi ruang bertumbuh, dimana karakter anak digembleng, kemampuan otak terasah. Tempat dimana tunas-tunas muda bangsa membuat catatan hidup, merangkai berbagai kisah. Maka, sewajarnya bahwa masa sekolah adalah masa yang paling indah. Seyogyanya, kenangan indah di sekolah menjadi salah satu modal baik mengarungi kehidupan.

Ternyata untuk mewujudkan harapan orang tua, bukanlah perkara yang mudah. Beban pengasuhan dan pendidikan yang merupakan tanggung jawab orang tua dititipkan kepada figur Guru. Maka alangkah indah, ketika orang tua mengantar anak memasuki fase awal sekolahnya ada ikrar jelas kepada Guru untuk ikut mengukir pertumbuhan anak. Tapi sayang, hal ini banyak terlewat dan tidak disadari oleh para orang tua. Kalau ini terlewat, maka yang muncul adalah pola transaksional yang berjarak antara orang tua dengan guru maupun pihak sekolah.

Saya jadi teringat analogi yang disampaikan salah satu Kyai Sepuh tentang pentingnya ikrar ini. Beliau menuturkan, coba bagaimana ketika kita mau "nggaduhke" atau titip merawat binatang ternak. Maka si pemilik akan berikrar untuk menitipkan hewan ternaknya kepada pemelihara. Memasrahkan sepenuhnya pola perawatan, diiringi dengan doa dan harapan ternaknya tumbuh dengan baik. Berkembang biak untuk kemudian menjadi wasilah kebaikan bersama. Si pemelihara juga dengan sadar menerima tanggung jawab tersebut dan gantian meminta doa agar dirinya menjadi orang yang amanah dalam menjaga dan merawat titipan.

Proses ikrar atau ijab qobul antara orang tua dengan guru ini menjadi penting, karena akan memunculkan keberkahan. Meskipun pola modern sudah terwakili dengan adanya blangko data diri siswa dan pernyataan yang ditandatangani orang tua atau wali saat pendaftaran. Tetapi ada rasa yang berbeda, ada vibrasi yang tidak bisa terwakili dari ikrar secara langsung. Karena dalam ikrar ada proses transfer energi dan kesadaran dari orang tua dan guru. Ini seperti sebuah tali rahasia yang mengikat batin antara orang tua, anak dan guru atau pihak sekolah.

Masak anak kita kalah dengan kambing yang mau di gaduhke, bagitu tutur Kyai Sepuh mengingatkan. Kalau proses nggaduhke kambing saja ada ikrar jelas ijab qabul. Masak sih menitipkan anak untuk diasuh dalam proses pembelajaran dilepas begitu saja. Maka jangan heran kalau perilaku anak-anak kedepan melebihi binatang ternak, tutur beliau. Apalagi kalau sekedar selesai pada urusan bayar membayar biaya pendidikan. Seolah kalau sudah bisa membayar orang tua sudah merasa tanggung jawabnya terhadap sekolah selesai. 

Maka semodern apapun lembaga pendidikan lebih tepat juga kalau ada mekanisme ijab qobul antara orang tua dengan guru. Karena pendidikan bukan hanya masalah output anak yang cerdas. Namun lebih dari itu adalah menumbuhkan karakter baik anak. Walaupun sekarang didengungkan adanya pendidikan karakter. Tapi, mengapa karakter luaran pendidikan juga masih banyak catatan sana-sini. Kita sering mendengar celotehan, yang melakukan korupsi itu apakah orang-orang yang bodoh? Ternyata yang bisa menipu dengan sistematis justru orang-orang pintar luaran lembaga pendidikan.

Benang penghubung tak terlihat yang disebut keberkahan itu mungkin yang selama ini hilang. Terlebih niat menyekolahkan anak yang sudah dilandasi motif utama materialistik yang  menggurita juga ikut menyumbang persoalan. Tolok ukur keberhasilan pendidikan juga dikerdilkan pada batasan keberhasilan dibidang pekerjaan, karir, ketenaran dan selebrasi lainnya. Padahal pendidikan adalah proses yang sangat spiritual.

Pendidikan seharusnya dikembalikan ruh dan role modelnya menjadi proses ruhani untuk pertumbuhan potensi bawaan anak. Menyadarkan kembali, bahwa belajar adalah proses ibadah sepanjang  hayat. Karena kanjeng Nabi Muhammad SAW mengingatkan "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat". Pendidikan sejatinya untuk memperkuat karakter sebagai Abdullah ( hamba Tuhan) dan mengoptimalkan potensi diri siswa dalam perannya sebagai khalifatullah.

Mari bersama-sama kita menginsyafi, barangkali ada niat yang salah dalam mendidik putra-putri. Ada proses yang kurang utuh dalam fase mengawal pendidikan anak-anak kita. Bisa jadi ada pergeseran orientasi dalam paradigma pendidikan kita. Pendidikan itu untuk menumbuhkan jiwa mandiri anak yang merdeka. Mungkin itu yang tersemat dalam konsep merdeka belajar. Anak merdeka adalah, mereka yang tumbuh bisa mengendalikan urusan dunia. Bukan malah tumbuh anak kerdil yang takut pada bayang-bayang urusan duniawi. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan adalah ketika luaran pendidikan dengan tegas berkata "biarkan akhirat dihatiku, dan dunia tertunduk malu sebatas ditanganku".


Wallahu A'lamu Bish-Showab

Desa Menari, 29 April 2023

Kang Tris

Pembelajar Kehidupan & Fasilitator Pemetaan Bakat

Posting Komentar untuk "PENTINGNYA IJAB QOBUL DALAM DUNIA PENDIDIKAN"