PERLUNYA PENERAPAN POTENSI BAWAAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN
Perbincangan kita tentang potensi bawaan semakin menghangat. Setelah kita mengenal sekilas tentang potensi manusia yang diibaratkan pisau. Semua akhirnya bisa menarik kesimpulan, bahwa penting bagi kita untuk mengasah sisi tajam atau potensi bawaan. Mulai menyadari perihal kekeliruan berjamaah. Dimana selama ini, sisi tumpul senantiasa diasah, sisi unggul dibiarkan begitu saja.
Penerapan pemetaan bawaan pada keluarga juga sudah mulai kita singgung, meski masih sangat terbatas. Sebenarnya masih banyak contoh penerapan potensi bawaan dalam lingkup keluarga. Mulai dari pola hubungan suami istri, pengasuhan anak dan membangun komitmen bersama. Hal ini perlu kita bahas disesi ngobol lain waktu. Sekarang, kita bergeser dulu bagaimana penerapan pemetaan bawaan pada lingkup lembaga pendidikan. Mumpung momennya pas menjelang hari pendidikan nasional. Juga beriringan dengan tahun ajaran baru. Semoga obrolan santai kita ini menjadi sumbangsih bagi upaya peningkatan mutu SDM penerus bangsa .
Pemetaan bakat bawaan kaitannya dengan pola pendidikan bisa kita urai dalam tiga hal yaitu, gaya belajar bawaan, sumber motivasi bawaan dan bakat bawaan siswa. Ketika lembaga pendidikan mengetahui tiga hal tersebut, akan mempermudah untuk membuat peta potensi siswa, differensiasi gaya belajar dan sumber motivasinya. Sekolah akan bisa membuat program yang lebih tepat. Sehingga program merdeka belajar akan lebih tepat sasaran.
Peta potensi siswa menjadi penting karena, lembaga pendidikan merupakan tempat menanam benih. Potensi bawaan kita analogikan sebagai benih unggul sesuai jenisnya masing-masing. Namun, benih unggul tidak akan tumbuh optimal apabila lahannya gersang. Apalagi lahannya sudah terlalu banyak racun, bibit unggul pun akan layu sebelum berkembang dan mati dengan mengenaskan. Kita perlu merenung bersama, apakah lembaga pendidikan selama ini telah menjadi lahan subur untuk menumbuhkan potensi siswa. Atau jangan-jangan masih menjadi lahan gersang yang tidak memberi ruang tumbuh yang baik.
Memahami perbedaan gaya belajar siswa juga mendesak. Mengingat dikotomi tentang orang bodoh dan orang pintar masih menggurita di masyarakat. Padahal dalam konsep pendidikan, tidak ada siswa yang bodoh, hanya belum menemukan guru yang tepat. Pola pengajaran satu arah yang dengan tersentral sepenuhnya pada figur guru masih banyak terjadi. Ironisnya masih terjadi dikotomi siswa yang baik dan tidak. Dimana tolok ukur siswa baik adalah mendengarkan dengan seksama ketika guru menerangkan. Memiliki catatan yang baik dari apa yang diterangkan. Serta menjadi anak manis yang tidak suka bikin gaduh.
Pemahaman seperti diatas, masih terjadi pada sebagian guru. Padahal gaya belajar siswa pasti sangat beragam. Pola pengajaran seperti disebutkan hanya mengadopsi siswa-siswa dengan gaya belajar visual teks. Padahal sama-sama visual, bagi yang gaya belajarnya visual spasial akan berbeda lagi pendekatannya. Lantas bagaimana nasib anak-anak dengan gaya belajar auditori dan kinestetik?.
Mencermati hal ini, maka memahami gaya belajar siswa adalah bagian penting untuk melakukan pendekatan yang tepat. Peta gaya belajar siswa akan memunculkan gaya mengajar yang tepat. Siswa lamban dalam menangkap materi pelajaran, bisa disebabkan gaya mengajar yang tidak sesuai karakternya. Bahkan ada anak yang bisa mengalami trauma dengan sosok guru tertentu. Contoh ada anak yang bakat bawaannya suka matematika. Tapi karena keliru gaya mengajarnya, justru bisa menurun kemampuannya dan antipati pada pelajaran matematika. Ini bisa dianalogikan kepada mata pelajaran lainnya.
Potensi bawaan itu ibarat bibit unggul. Guru adalah petani yang merawat bibit untuk menjadi tanaman yang menghasilkan. Gaya mengajar itu seperti teknik mengolah lahan dan merawat tanaman yang tepat. Apakah kedua hal itu sudah cukup. Ternyata belum, butuh pupuk dan nutrisi tanaman yang tepat pula. Mengetahui sumber motivasi bawaan siswa ibarat memahami nutrisi dan pupuk yang tepat.
Tiap siswa memiliki sumber motivasi bawaan yang berbeda, begitu pula guru. Keliru memahami motivasi bawaan dalam mengelola siswa, seperti memberi nutrisi dan pupuk diluar takaran. Hasilnya tidak akan optimal, bahkan kalau lagi apes malah bisa membunuh tanaman itu sendiri. Anak afektif dilakukan pendekatan seperti anak kognitif malah jadi buah simalakama. Begitu pula dengan sumber motivasi lainnya.
Mari kita merenung lebih jauh, bagaimana lembaga pendidikan yang ada selama ini. Sudahkah memiliki database siswa sesuai keunikan bawaannya. Ataukah masih sekedar gembira menyambut program differensiasi siswa. Namun gagap merespon dengan tepat bagaimana mengelola siswa. Jangan sampai program merdeka belajar justru menjadi sangkar yang indah namun penghuninya meringkuk dalam sepi karena tidak bisa merdeka.
Wah jadi panjang kalau ngobrol tentang penerapan potensi bawaan pada lembaga pendidikan. Yuk, kita bersama-sama bergandengan tangan untuk berkontribusi pada perbaikan pendidikan kita. Kalau soal materi pembelajaran itu sudah sangat keren. Namun yang kita evaluasi bersama adalah, sudahkah lembaga pendidikan mengadopsi dengan tepat differensiasi siswa. Sejauh mana keterlibatan pihak diluar sekolah untuk membantu memetakan potensi bawaan siswa. Kalau belum ya lebih baik segera berbenah.
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Desa Menari, 28 April 2023
Kang Tris
Pembelajar Kehidupan & Fasilitator Pemetaan Bakat
Posting Komentar untuk "PERLUNYA PENERAPAN POTENSI BAWAAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN"