POLA PENGASUHAN BERBASIS BAKAT 2

 


POLA PENGASUHAN BERBASIS BAKAT 2

Semakin menghangat dan mengaduk-aduk perasaan. Begitu kiranya pesan yang tertangkap dari beberapa tulisan saya mengenai bakat atau potensi bawaan. Ada yang menggerutu untuk cepat-cepat tahu bakatnya maupun bakatnya apa. Disisi lain ada yang setia mengikuti tahapan. Ada pula yang terkaget-kaget karena membacanya sepotong, tidak mengikuti rangkaian tulisan sebelumnya.

Yuhu, yuk kita lanjut ke pola pengasuhan berbasis bakat. Kita kupas lapisan bawang diri kita, biar semakin terasa meleleh mata kita karena efek bawangnya. Begitupun kita bisa semakin menyadari ada hal yang belum tepat dalam pola pengasuhan kita. Kali ini kita akan ngobrol tentang mengawal bakat anak.Namanya mengawal, berarti kita sudah tahu terlebih dahulu. Kalau belum tau namanya memaksakan bakat pada anak.

Keunikan bakat anak kita masing-masing adalah anugerah yang harus digali. Kita memang tidak tahu masa depan anak kita. Tetapi mempersiapkan anak sesuai peta yang melekat pada dirinya, akan memberikan panduan yang terarah. Bakat seseorang tidak tunggal. Kita bisa memilih dua atau  tiga yang paling menonjol dan disukai anak.

Saya akan memberikan contoh pada yang kami alami saja sebagai orang tua. Ketiga anak kami dari penataan bakat dengan metode Psikobiometri berbeda semua. Anak pertama kami bakat bawaannya di visual teks, kinestetik sentuh dan intrapersonal. Anak kedua bakat bawaannya kinestetik gerak, musikal dan interpersonal. Anak ketiga  bakat bawaannya linguistik, interpersonal dan dagang.

Kami berusaha mengawal seoptimal yang kami mampu. Tentunya dengan tidak sepenuhnya mengikuti kemauan anak. Disitu nanti akan kita bahas secara khusus dalam tulisan diseni komunikasi dengan mengenali sumber motivasi bawaan. Agar kita bisa mengarahkan anak tanpa melukai. Ketika mendengar kata melukai, berarti sangat berkaitan dengan memaksakan. Sesuatu yang berusaha kita hindari agar tidak memicu ledakan negatif pada perjalanan anak kedepannya.

Kembali kepada contoh bagaimana kami mengarahkan tanpa berusaha memaksa anak-anak kami. Anak pertama kami arahkan untuk mengikuti kegiatan yang kaitannya dengan membaca dan menulis. Pun termasuk wisata rutin yang kami lakukan adalah mengajaknya ke toko buku. Bermula dari yang dia suka yaitu novel. Maka novel-novel tebal selesai dengan cepat dibaca habis. Kami dorong untuk latihan menuliskan gagasan-gagasannya. Beruntung di sekolah ada extra kurikuler jurnalistik. Kami dorong untuk mengikuti extra tersebut. Hal ini untuk memfasilitasi tumbuhnya bakat visual teks.

Kegiatan kedua yang kami beri keleluasaan adalah soal explorasi masakan. Anak dengan bakat kinestetik sentuh cenderung memiliki ketrampilan memasak yang menonjol. Terbukti masakan anak pertama kami mesti memiliki rasa, tampilan dan varian menu yang berbeda. Masakan anak pertama ini lebih disukai oleh anggota keluarga, dibandingkan dengan masakan orang tuanya. Dapur memang jadi berantakan. Hal itu adalah persoalan lain yang bisa dikomunikasikan. Namun explorasi kemampuan jauh lebih penting bagi kami sebagai orang tua, daripada meributkan dapur yang jadi seperti kapal pecah.

Bakat ketiga adalah intrapersonal. Kami perlu mendorong agar dia bisa lebih berkembang dengan memiliki teman-teman yang menyenangkan baginya. Maka kami dorong untuk ikut dalam kegiatan OSIS. Agar dirinya tidak sepenuhnya tumbuh dalam ego merasa benar. Orang tipe intrapersonal memiliki kendali untuk mengambil keputusan mandiri tanpa banyak pertimbangan saran orang lain. Dalam kegiatan organisasi pasti ada proses pengambilan keputusan bersama. Disitulah anak akan belajar berargumen, sekaligus menghargai ada gagasan yang berbeda darinya. Proses penurunan ego terjadi dalam proses musyawarah agar terjadi mufakat.

Wah semakin seru nih kayaknya obrolan kita. Tapi kalau kita tuliskan tentang bagaimana mengawal bakat anak kedua dan ketiga bisa panjang banget jadinya. Oya satu lagi, anak kinestetik sentuh cenderung punya potensi dalam kerajinan tangan. Kami biarkan anak kami bereksperimen karya kerajinan yang dia inginkan. Kita tidak tau mana suatu saat yang akan menonjol darinya dari proses belajar bersama antara dirinya dan kami orang tuanya. Terpenting kita komunikasikan dengannya mengenai potensi-potensi peran yang akan mengoptimalkan perannya.

Pada fase berikutnya pasti akan muncul sesuatu yang paling disukai. Tinggal bagaimana motivasi diberikan, lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya. Tidak ketinggalan adalah melatih daya tahan dalam sebuah proses. Karena tidak ada sesuatu yang instan di dunia ini. Kecuali bagi anda yang pingin menggali kubur sendiri. Berharap sesuatu terjadi dengan mudah dan instan ibarat menggali kubur untuk dirinya. Karena sesuatu yang instan sangat rapuh dan mudah tumbang ditengah jalan. Bayangkan, bahkan mie instan pun tidak instan, tetap harus dimasak lebih dahulu.

Wallahu a'lamu bish-showab

Desa Menari, 17 April 2023

Kang Tris

Pembelajar Kehidupan & Fasilitator Pemetaan Bakat


Posting Komentar untuk "POLA PENGASUHAN BERBASIS BAKAT 2"