AKU INGIN ANAKKU BEGINI
Wah serem amat sih kang. Main ngegas saja. Pingin anaknya ngikuti keinginan. Waduh apa ndak kasihan tuh. Anak kok dipaksa-paksa harus ngikutin kemauan orang tua. Ingat loh kang, mengharuskan itu justru menjadi mental block. Celetuk seorang kawan di sudut ruang.
Sabar bro, masak saya yo begitu amat ke anak. Itu adalah ungkapan seorang ibu yang malam-malam datang ke rumah. Dia datang bersama suami dan kedua anaknya. Pingin test pemetaan potensi bawaan. Supaya tahu cocok ndak dengan keinginannya.
Saat datang saya lihat raut wajah si anak. Seperti ada beban yang terpendam. Pingin ngungkapin sesuatu tapi seperti ketemu jalan buntu. Si sulung kini kelas 10 MAN. Si kecil masih duduk kelas 3 SD.
Ibu ini datang dengan semangat berkobar. Pingin anaknya yang satu jadi dokter atau paling tidak di dunia kesehatan. Satunya diminta untuk jadi guru. Persoalannya si anak yang diminta menjadi dokter atau tenaga kesehatan tidak menyukai pelajaran IPA.
Anak satunya yang diminta jadi guru. Lebih menyukai dunia corat-coret dan kaitannya dengan alam. Si ibu juga sampai gregetan karena anak-anaknya pada ngeyel.
Lebih jauh lagi, si ibu mengeluhkan anaknya yang susah belajar. Sukanya malah baca novel. Kalau ditengok pas belajar, anak terlihat sambil telinga tertutup headset. Kepala manggut-manggut, menikmati alunan nada. Si ibu jadi gregetan. Wong suruh belajar kok malah mainan.
Tiba suatu masa pengambilan raport. Nilai si anak bagus bahkan kalau dikategorisasi, anaknya adalah rangking 1 di kelas. Ibunya ndak percaya. Bener ndak nih. Anaknya tidak pernah belajar. Tapi kok hasilnya bisa begini.
Suaminya pernah ikut acara parenting yang kebetulan saya diminta sharing materi. Si suami lantas cerita ke istri tentang pentingnya mengenal potensi bawaan. Seperti materi yang saya sampaikan saat itu. Mereka akhirnya memutuskan untuk test potensi bawaan. Selasa malam adalah hari yang disepakati dengan saya.
Proses pengambilan data usai. Sambil menunggu hasil di proses oleh team analisis data. Beliau menyampaikan apa yang saya tulis diatas. Intinya beliau punya keinginan agar anaknya menuruti keinginannya. Saya mendengarkan sambi sesekali menimpali obrolan. Kita lihat hasilnya nanti seperti apa njih, jawab saya.
Ketika hasil keluar, saya jelaskan dari hasil pemetaan potensi bawaannya. Dari gaya komunikasi atau gaya belajar, sumber motivasi bawaan, gaya kerja, potensi peran dan bakat bawaan anak. Kita cukup intens membahas poin gaya belajar, sumber motivasi bawaan dan bakat bawaan.
Saya lihat waktu sesi diskusi hasil, anaknya yang awalnya apatis mulai tersenyum. Sambil sesekali menyenggol pundak ibunya seolah sedang menemukan dukungan. Kalau apa yang dipaksakan ibunya selama ini tidak sesuai keinginannya.
Kita lihat kiri kanan, adakah kasus seperti itu. Ataukah justru itu banyak terjadi. Karena tidak mengenal karakter anak. Orang tua mendidik seperti apa yang mereka mau dan alami. Akibatnya sering terjadi benturan pengasuhan. Untung sepasang suami istri diatas adalah keluarga pembelajar. Menyadari, untuk mengetahui cara yang tepat. Ini akan menyelamatkan, dalam pengasuhan. Lantas bagaimana nasib anak-anak yang diasuh oleh orang tua yang masih kekanak-kanakan?
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Desa Menari, 30 mei 2023
Kang Tris DM
Pendiri LPSDI Win Solution & Fasilitator Pemetaan Bakat
Posting Komentar untuk "AKU INGIN ANAKKU BEGINI"