MASA DARURAT MENGENAL BAKAT
Matahari belum sepenuhnya beranjak dari peraduan. Dalam remang cahaya pagi, saya berangkat menuju Bandungan yang terkenal ikon Candi Gedongsongo. Minggu pagi itu saya memenuhi permintaan sedulur-sedulur PCM Bandungan. Diminta ngobrol tentang parenting berbasis bakat bawaan.
Hawa dingin yang menusuk plus harus mondar-mandir ke kamar kecil tetap memompa semangat untuk berbagi cerita. Hal ini karena lebih kepada kesadaran. Banyak orang atau mungkin mayoritas masyarakat belum mengenal apa itu bakat bawaan.
Bakat bawaan sangat terkait dengan fase perjalanan manusia. Berulang kali saya sampaikan, itu adalah cetak biru yang diinstal langsung Allah SWT sejak dalam rahim. Karena itu pemberian dari Sang Maha Pencipta, berarti itu sangat penting.
Persoalannya banyak yang abai terhadap hal tersebut. Karena memang kajian akan hal ini masih banyak terhenti ditataran akademik. Disisi lain orang yang sadar akan hal ini adalah golongan terpelajar dan menengah keatas.
Lantas siapa yang akan memasyarakatkan ini. Maka, mengambil peran ini bukan perkara yang mudah. Tapi harus dilakukan, agar masyarakat tersadar kalau bakat bawaan itu ada. Bukan hanya sadar, mereka akhirnya mengerti dan penting untuk menggali.
Memasyarakatkan pengenalan bakat bawaan merupakan bagian dari proses perbaikan SDM. Artinya, ini adalah bagian dari bahan baku, tentang bagaimana mewujudkan masyarakat yang berkualitas.
Maka, dalam kesempatan lain obrolan bersama teman-teman sampai pada kesimpulan "DARURAT MENGENAL POTENSI/ BAKAT BAWAAN". Karena sudah darurat ya harus bergerak cepat. Bahu membahu, merambah pada mana yang mau diselamatkan. Waduh kok genting amat sih kang, celetuk seorang sahabat.
Biar semakin menambah dramatisnya suasana. Saya lanjutkan dengan obrolan lewat WA bersama seorang aktivis dan intelektual muda. Sehari setelah kegiatan saya di Bandungan. Sekilas saya sampaikan tentang bakat bawaan. Ternyata kawan tersebut juga belum mengetahui.
Pertanyaan yang diajukan ke saya. Bakat bawaan itu memang ada ya mas? Atau kecenderungan hormonal dan fisikal yg menyebabkan anak menggemari sesuatu mas? Hehehe jadi kepo.
Ada. Begitu jawaban tegas dari saya. Karena basis ilmiahnya dan fakta lapangan memang ada. Batin saya berkata "dolanmu kadohan bro, ngasi lali ngunjungi awake dewe". Artinya, mainmu kejauhan bro, sampai lupa mengunjungi diri sendiri. Atau bahkan mungkin belum mengenal utuh siapa diri ini.
Pertanyaan itu seolah semakin menyentak kesadaran saya untuk semakin memasyarakatkan inborn tallent atau potensi bawaan. Belum lagi pertanyaan dari para peserta ngobrol asyik di Bandungan yang rata-rata guru. Jadwal ngobrol yang awalnya hanya dijadwalkan 1 jam. Saking asyiknya sampai molor jadi 3 jam.
Sepertinya agenda ngobrol asyik tentang parenting berbasis bakat akan terus bergulir. Beberapa lembaga dan tempat telah mulai terpantik untuk menjadwalkan. Hal ini, menandakan tema ini penting. Karena aplikatif dan menjadi bagian dari peta menuju perubahan. Saatnya bergotong royong untuk mengatasi darurat mengenal bakat.
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Desa Menari, 16 Mei 2023
Kang Tris DM
Founder LPSDI Win Solution & Fasilitator Pemetaan Bakat
Posting Komentar untuk "MASA DARURAT MENGENAL BAKAT"