MERDEKA BELAJAR BUKAN SEKEDAR MEREKA BELAJAR
Kemendikbudristek hari ini mendorong sekolah dan guru seluruh Indonesia untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini merupakan salah satu bagian dari program besar Kemendikbudristek dalam mewujudkan "Merdeka Belajar".
Makanan apa itu merdeka belajar, begitu gerutu sebagian orang tua. Berarti masih ada jarak pemahaman antara pihak penyelenggara pendidikan dengan orang tua. Jangan sampai ini berkepanjangan, bisa membuat tidak harmonis hubungan, yang ujungnya ada celetukan, anak kok untuk coba-coba.
Apa itu Merdeka Belajar? Mengutip dari laman kemenkopmk.go.id, Merdeka Belajar merupakan suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa dapat memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa mengoptimalkan bakatnya dan memberikan sumbangsih yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Wuih, keren kan. Siswa dan mahasiswa memiliki kebebasan memilih apa yang mau dipelajari. Agar mereka bisa lebih berkembang bakatnya. Karena negara mungkin menyadari, batapa banyak bakat yang tidak terfasilitasi dengan baik sebelum-sebelumnya.
Namun, kalau siswa dan guru tidak tahu bakat anak secara akurat, juga akan jadi buah simalakama. Bagus program dan anggaran, namun minim capaian yang diperoleh. Akhirnya akan sekedar menjadi catatan program mercusuar.
Yuk kita cermati penjelasan mas Menteri Nadiem Makarim, sebagai Panglima di Kemendikbudristek RI. Kata merdeka pada Merdeka belajar bukan berarti bebas melakukan apapun, bebas mau belajar atau tidak, atau bebas mengerjakan atau tidak. Itu bukanlah esensi merdeka belajar.
Beliau menjelaskan lebih lanjut, merdeka belajar merupakan konsep yang dibuat agar siswa dapat mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Setiap anak punya bakat dan minatnya masing-masing, bahkan meski mereka berada dalam satu keluarga yang sama. Maka satu anak tidak bisa menjadi tolok ukur bagi yang lainnya.
Lugas dan makjleb penjelasan mas menteri. Lagi-lagi kita disodorkan pada pentingnya memfasilitasi tumbuh kembangnya bakat dan minat anak. Bisa jadi ini berangkat dari kesadaran, bahwa sukses akademik saja, tidak membantu sepenuhnya keberhasilan anak.
Program merdeka belajar ini terumuskan dalam petunjuk pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini sesuai dengan falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru adalah penuntun siswa agar berkembang sesuai kodrat atau sesuai bakat dan minatnya masing-masing.
Konsekuensi logis dari pembelajaran berdiferensiasi, ketika potensi siswa itu berbeda (unik) maka proses pembelajaran setiap siswa juga musti berbeda (different) agar para siswa bisa merasakan "merdeka belajar". Tiap anak tidak boleh dipaksa mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat dan bakatnya.
Bagaimana kenyataan lapangan berbicara? Saya beberapa kali menerima keluhan dari guru tentang susahnya mengajar era sekarang. Berarti ini tipe guru jadul yang tidak mau belajar dan adaptif terhadap perubahan.
Di kesempatan lain saya juga menerima curhatan kepala sekolah. Tentang pembelajaran berdiferensiasi yang masih sekedar mengajari anak untuk belajar yang sesuai minatnya namun masih seragam juga sesuai pemilihan dari pihak sekolah. Belum ada instrumen khusus bagaimana mendeteksi bakat anak itu apa. Berarti belum medeka belajar dong. Baru sekedar mereka belajar diuar kegiatan pembelajaran rutin.
Program merdeka belajar juga membawa berkah bagi kami selaku pengelola Laboratorium Sosial Desa Menari. Sering kami menerima kunjungan dari sekolah maupun kampus untuk belajar bagaimana interaksi sosial, budaya dan edukasi spesifik yang kami kembangkan.
Namun sayangnya kami belum menangkap jiwa dari kegiatan yang dijalankan dengan falsafah merdeka belajar. Mereka masih sebatas belajar di luar dengan suasana gembira. Sayang, kegiatan dengan anggaran besar belum tepat sasaran.
Sebagai bentuk kegelisahan atas kondisi yang ada, serta upaya untuk ikut cawe-cawe dalam pembangunan SDM bangsa. Kami integrasikan dalam paket wisata edukasi dengan tema Training & Healing Di Desa Menari. Dimana kegiatan pembelajaran yang dijalankan diawali dengan mengenali diri (who am I), melalui pemetaan potensi bawaan. Jangan terburu percaya, sebelum anda semua mencoba sendiri.
Kalau sekedar mereka belajar, sudah kami jalankan dalam paket integrasi wisata pembelajaran sejak tahun 2012. Agaknya ini juga masih menggejala di beberapa lembaga pendidikan. Yuk, saatnya berbenah untuk merealisasikan gagasan merdeka belajar. Bukan sekedar mereka belajar. Sayang kan energi, waktu dan tenaga hanya habis untuk sekedar belajar. Ibarat sibuk mengasah banyak senjata, tapi bingung saat bertempur sesungguhnya.
#merdekabelajar#kampusmerdeka#belajarberdiferensasi#kemendikbudristek#masmenteri #nadiemmakarim#desamenaritanon#kangtris#bakat#pemetaanbakatbawaan#belajarbersama #experiencelearning#sekolahunggulan#guruhebat#sekolahpenggerak#gurupenggerak
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Desa Menari, 6 Mei 2023
Kang Tris DM
Fasilitator Pemetaan Bakat & Pengelola Desa Menari
Posting Komentar untuk "MERDEKA BELAJAR BUKAN SEKEDAR MEREKA BELAJAR"