TANTANGAN PROGRAM MERDEKA BELAJAR
UNTUK MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS
Saat ini merupakan masa anak-anak menyelesaikan tahapan pendidikan. Setelahnya mereka segera bersiap untuk menembuh jenjang pendidikan lanjutan. Tentunya, banyak orang tua mulai berpikir keras kemana anak mereka akan melanjutkan.
Rupanya masa penyiapan untuk kenaikan jenjang pendidikan ini membuat stres. Baik orang tua sama-sama memiliki beban. Anak-anak terbebani dengan standar penerimaan ke sebuah lembaga pendidikan. Harap-harap cemas, lolos atau tidak masuk ke sekolah idaman.
Orang tua juga merasa terbebani, kalau-kalau anaknya tidak diterima. Disamping juga kompromi urusan kantong bagi sebagian orang tua. Karena orang tua sepenuhnya sadar pepatah Jawa "jer basuki mowo beo". Apapun itu ada ragat atau biaya yang harus dikeluarkan.
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan sekolah gratis. Tapi orang tua sepenuhnya sadar. Bahwa pendidikan memang butuh biaya. Paling tidak untuk operasional pendidikan diluar biaya sekolah.
Bagi orang tua dengan penghasilan pas-pasan bahkan menengah kebawah itu tetap menjadi dilema. Mengencangkan ikat pinggang sudah pasti menjadi makanan keseharian mereka. Bayangan biaya pendidikan sering terlintas begitu saja.
Namun, kita bersyukur masyarakat, sudah terlatih menjadi manusia tangguh. Pun mereka tetap menaruh harapan tinggi. Bahwa pendidikan akan merubah nasib anak-anak mereka. Meskipun itu masih bersifat bayangan yang belum jelas.
Kurikulum merdeka sebagai upaya mengurai benang ruwet pendidikan
Kita patut prihatin,mencerna hasil risetnya Indonesia Career Network (ICCN) pada tahun 2017. Disebutkan bahwa 87 persen mahasiswa Indonesia mengaku jurusan yang diambil tidak sesuai minatnya. Bahasa lugasnya, banyak mahasiswa yang salah jurusan.
Hal tersebut merupakan rangkaian proses. Karena sejak awal, sistem pendidikan kita memang belum adaptif sepenuhnya terhadap bakat dan minat siswa. Anak-anak ibarat berjalan di area abu-abu dalam menjalani proses pendidikan. Maka kurikulum merdeka diharapkan menjadi solusi atas persoalan yang ada.
Konsep merdeka belajar memang baik. Karena itu mengejawantahkan falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang peran guru. Beliau menegaskan bahwa guru bertugas menuntun siswa untuk berkembang bakat dan minatnya.
Merdeka belajar sebagaimana dikutip dari laman Kemenkopmk.go.id, Merdeka belajar merupakan suatu pendekatan supaya siswa dan mahasiswa dapat memilih pelajaran yang diminati. Hal ini dilakukan supaya mereka bisa mengoptimalkan bakatnya dan memberikan sumbangsih paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Menteri Kemendikbudristek, Nadiem Makarim menjelaskan, bahwa merdeka belajar merupakan konsep yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Setiap anak mempunyai minat dan bakatnya masing-masing, bahkan meskipun mereka berada dalam satu keluarga yang sama. Maka, satu anak tidak bisa menjadi tolok ukur bagi yang lainnya.
Persoalan lapangan penerapan program merdeka belajar
Fakta lapangan tetap masih perlu menjadi perhatian. Program merdeka belajar justru memberikan tambahan beban administratif bagi guru. Kita lagi-lagi terjebak pada pola administratif pendidikan. Guru bukan semakin merdeka, tetapi justru semakin terpasung dalam kerja-kerja pelaporan.
Guru seharusnya tumbuh dalam kerja pencerdasan. Maka kita perlu merenungi ungkapan "hanya orang merdeka yang bisa menuntun orang lain jadi merdeka". Kalau ini berkelanjutan, maka program ini juga bisa menjadi sekedar cerita dimasa yang akan datang.
Persoalan berikutnya pada penterjemahan konsep merdeka pada peserta didik. Mereka masih terjebak pada merdeka dalam artian bebas memilih dan belajar sesuai yang mereka suka. Output tentang penajaman bakat dan minat belum sepenuhnya terasa.
Berbagai dilema itu diperparah dengan satuan pendidikan yang juga belum ramah bakat. Dikatakan begitu, karena masih sangat jarang sekolah memiliki instrumen untuk mengukur bakat siswa. Karena, sejatinya bakat itu inheren. Sesuatu yang melekat dalam diri manusia sejak proses penciptaan dalam rahim.
Rupanya tantangan untuk mewujudkan manusia merdeka seutuhnya masih butuh proses panjang. Dan ini harus dimulai dari perbaikan sistem pendidikan sampai dalam tataran aplikatif. Semua itu tidak bisa berjalan sepihak. Butuh gotong royong semua komponen bangsa. Karena pendidikan adalah tugas bersama.
Posting Komentar untuk "TANTANGAN PROGRAM MERDEKA BELAJAR UNTUK MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS"