TIGA SIKAP MENIKMATI CABE KEHIDUPAN
Minggu pagi yang cerah di room Feoty Pemalang. Pak Guru berpagi-pagi hadir untuk membersamai para muridnya di Sekolah Kehidupan. Duduk bersama lesehan dengan kami para murid. Menghilangkan sekat dan jarak antara guru dan murid. Mesti tetap dalam suasana adab dan ta'dzim yang tetap kami jaga.
Para murid mulai berdatangan. Bersiap membasuh jiwa yang mulai mengering. Dahaga yang tak tertahankan untuk segera menyeruput air hikmah kehidupan. Tibalah waktu yang dinanti.
Bagaikan deras hujan dimusim kemarau. Jiwa-jiwa mulai tersadar dari lamunan panjang kehidupan. Terkadang pedas terasa untaian hikmah yang tersampaikan. Namun penting sebagai vitamin kehidupan untuk membangun jiwa. Sebuah sikap yang sering dilupakan banyak orang.
Pada salah satu segmen, Pak Guru menyampaikan rahasia ilmu cabe. Sebenarnya ini tidak perlu disampaikan, kan rahasia hehehe. Karena sudah terkadung terucap. Ya sudah, diteruskan saja. Biar menjadi rahasia umum yang mencerahkan.
Beliau bertutur, "tau ndak rahasia ilmu cabe?" Kami serentak menjawab "belum tau pak guru." Pak Guru tersenyum mengambil nafas sejenak. Dengan tatapan teduh beliau melanjutkan "ya sudah karena belum tau, kita pelajari bareng ya."
Tiga sikap orang dalam memakan cabai. Dan apa kaitannya dengan kehidupan kita, Pak guru melanjutkan. Pertama, orang yang makan cabainya masih seminggu yang akan datang. Tapi pedesnya sudah dirasakan sejak sekarang. Orang aneh ndak seperti ini? Serempak kami menjawab aneh Pak Guru.
Orang seperti ini banyak terjadi toh. Belum terjadi sesuatu di masa depan. Tapi pedes (stress) sudah melanda sekarang. Mereka tanpa sadar memindahkan beban masa depan yang belum pasti. Belum tentu terjadi kok sudah uring-uringan. Sana sini jadi kena getahnya. Padahal ya cuma prasangka.
Kedua, orang yang makan cabenya sebulan bahkan setahun lalu. Pedesnya masih dirasakan sampai sekarang. Aneh juga kan. Sudah berlalu sekian lama kok masih saja terasa pedasnya. Kalau kebablasan bisa menanam bibit kebencian terhadap cabe.
Orang ini adalah gambaran kehidupan yang selalu dihantui masa lalu. Contoh, dimaki orang setahun lalu. Kok ya sampai sekarang masih diingat, bahkan dibumbui jadi semakin terasa sakit. Inilah sumber penyakit yang masih sering melanda. Masa lalu ya untuk diterima dan dimaafkan kalau itu menyakitkan.
Ketiga, orang yang dikasih cabe saat ini. Kalau langsung dimakan ya kepedesan. Maka cabe ini bisa diserahkan kepada ahlinya. Biar ditambah bawang, tomat, terasi dan garam. Jadilah sambel tomat yang mak nyus. Bahkan bisa bikin ketagihan. Karena bisa hambar makan tanpa sambal.
Begitulah orang bijak ketika diberikan masalah. Dia tidak serta merta reaksional. Tapi mengendapkan dan menyerahkan pada ahlinya. Diolah masalah agar menjadi vitamin penguat jiwa. Orang seperti ini bukan dikendalikan masalah.
Jiwanya menguat justru karena ada masalah. Dia melihat dari sudut pandang berbeda atas masalah. Cara mengemasnya juga cantik. Sehingga orang yang memandang pun bisa ikut meresapi hikmah pembelajaran. Dialah para penempuh jalan kehidupan yang jernih.
Pak Guru menyadarkan para murid yang seolah tenggelam dalam samudera hikmah. Sudah, pada mau pilih yang mana? Setiap pilihan ada resiko sekaligus manfaat yang beriringan. Para murid seperti sedang mengkhusyuki pada apa yang sedang terjadi pada pribadi masing-masing. Sampai sekarang masih ada murid yang masih sibuk bertanya pada diri.
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Desa Menari, 29 Mei 2023
Kang Tris DM
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "TIGA SIKAP MENIKMATI CABE KEHIDUPAN"