ANGKRINGAN KEHIDUPAN
Kehidupan itu seperti etalase yang menyajikan aneka ragam cerita. Disitu tersimpan berbagai nilai yang tertuang. Kita adalah bagian dari pengisi kisah yang ditampilkan. Namun justru karena menjadi bagian, kita sering lupa untuk mengulik kembali nilai-nilai yang ada.
Angkringan, seperti itu konsep yang tertuang bagi kami para pengembara kota. Terutama di masa tahun 2000 an awal. Angkringan adalah tempat melabuhkan kantong cekak para mahasiswa.
Meski kini fungsi angkringan telah mengalami pergeseran menjadi gaya hidup. Karena banyak angkringan bermunculan dengan konsep modern. Pengunjung pun sudah tidak sepenuhnya kalangan menengah kebawah.
Terlepas dari itu semua, konsep angkringan yang semi swalayan tetap bertahan. Angkringan menjadi ruang terbuka untuk bertemunya berbagai komunitas. Tema-tema obrolan pun sangat beragam. Dari sekedar guyon, hingga tema-tema serius bisa kita nikmati.
Penjaja angkringan tradisional seperti server informasi. Mereka tidak belajar formal, namun keadaanlah yang menjadikan mereka pembelajar. Karena dalam angkringan tradisional, penjaga angkringan tidak berjarak dengan para pelanggan. Hal ini yang sebenarnya mengalami pergeseran di sistem angkringan kekinian.
Maka, ketika kita ingin memantik informasi beragam bisa bertanya kepada penjaja angkringan. Termasuk menanyakan informasi si A, si B , si C dan seterusnya.
Satu hal yang menarik, meski sebagai server informasi. Penjaga angkringan tidak mengalami overloud. Karena mereka memerankan diri sebagai katalisator. Coba kalau setiap informasi dipikirkan mendalam bisa uring-uringan.
Mereka cukup memikirkan dengan legowo para langganan yang sering hutang. Karena sistem angkringan tradisional dikembangkan dengan pola kepercayaan.
Mereka adalah orang yang mudah memaafkan pula, terhadap berbagai tingkah pelanggan. Pedagang yang tidak terlalu rumit dalam berpikir.
Penjaja angkringan menjadi figur sentral yang berfokus melayani. Sesekali menjadi tempat diskusi yang mengasikkan. Ruang nostalgia dan temu kangen juga biasa dilakukan di angkringan.
Begitu pula kehidupan yang selayaknya angkringan. Kita bisa berperan seperti penjaja angkringan. Menerima aneka informasi tapi tidak larut. Menghadapi aneka dinamika dan pancaroba, tapi tetap berjarak dengan kejadian.
Ketulusan dalam menjalani peran kehidupan. Adalah tanda kita menghayati tugas kehidupan. Berfokus melayani, karena hakikatnya kita adalah hamba. Karena melayani adalah kesediaan hati untuk menyapa dengan mesra.
Tugas pelayanan sejatinya dicontohkan secara nyata oleh Sang Pencipta itu sendiri. Betapa tanpa pelayanan-Nya kehidupan ini akan hancur. Begitupun seseorang yang dikurung ego untuk selalu dilayani. Sebenarnya dia sedang menggali kehancurannya sendiri.
Lantas, sudah siapkah kita menggelar angkringan kehidupan ini. Butuh niat tulus untuk mengabdi. Perlu komitmen untuk berbagi pelayanan. Pun jangan mudah baperan dengan ragam informasi. Terima, endapkan, lepaskan terhadap berbagai peristiwa. Disitu kita akan menjadi bagian proses angkringan kehidupan yang ngangeni.
Desa Menari, 16 Juli 2023
Kang Tris DM
Pembelajar Kehidupan
Posting Komentar untuk "ANGKRINGAN KEHIDUPAN"