MENGGUNCANG KESADARAN

 


Mengguncang Kesadaran

Orang yang tumbuh dari zona nyaman mudah rapuh menghadapi tantangan. Jiwanya lembek sehingga mudah menyalahkan keadaan ketika sesuatu tidak sesuai yang diinginkan. Lamban dalam pergerakan, sehingga cenderung malas untuk melangkah keluar menghadapi tantangan.

Sering kita jumpai orang yang terlalu nyaman berada dalam wilayah aman lamban menyongsong perubahan. Padahal ini adalah fitrah kehidupan, bergerak dan berubah menuju satu pusaran keabadian.

Orang yang terlalu nyaman juga rapuh dalam hal keimanan. Bahkan terkadang tanpa sadar terseret pada menuhankan kenyamanan. Berbeda sekali dengan orang yang tumbuh dalam gejolak pergerakan. Jiwanya kokoh, imannya menghujam ke akar sanubari dan tumbuh subur memberikan inspirasi.

Maka dalam kondisi seperti melamban karena zona nyaman.  Allah mengguncang kesadaran dengan peristiwa yang mengagetkan. Sebagai pembelajaran untuk menguak kembali kesadaran, bahwa tidak ada yang aman kecuali atas perlindungan Allah SWT.

Contoh banjir yang melanda Gunung Merbabu sisi utara. Mengagetkan masyarakat di Desa sekitar yang selama ini hanya melihat banjir itu wilayah Pantura dan perkotaan. Mereka merasa di gunung tidak akan terjadi banjir. Sunnatullahnya dipicu melalui kebakaran hutan yang membuat Merbabu gundul. Ketika hujan tidak ada yang menahan laju air.

Kesadaran inilah yang diguncang pada peristiwa banjir bandang era Nabi Nuh AS. Kan'an putra beliau enggan berlayar dalam bahtera Nuh AS. Dia naik ke  gunung dan merasa bahwa air tidak akan sampai puncak. Kesadaran iman kan'an  terlambat pada saat kritis air sudah mau menenggelamkan. Itulah kenapa iman orang yang nyawa sudah di kerongkongan itu tidak tertolak. Karena tidak masuk dalam jiwa dan perbuatan.

Pembelajaran pertama yang bisa kita petik adalah zona nyaman melenakan dan mengeroposkan iman. Kita harus senantiasa membangun jiwa waspada. Bahwa Allah bisa menguji kita setiap saat. Terutama saat iman stagnan karena semua dalam kondisi baik-baik saja.

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99).

Bahkan seharusnya ia selalu merasa takut akan kecacatan imannya nanti. Sehingga itu membuatnya selalu berdo’a pada Allah,

يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك

Yaa muqollibal qulub, tsabbit qolbiy ‘alaa diinik” (Wahai Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama-Mu), yaitu supaya ia dikokohkan dan tidak terjerumus dalam kerusakan. Karena siapa pun hamba bagaimana pun keadaanya, maka ia tidak bisa yakin bisa selamat. Demikian disebutkan oleh Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman  ketika menjelaskan ayat yang sedang kita kaji.

Pembelajaran kedua, kita harus terus berlatih untuk menggoncang kesadaran agar jiwa kita menguat. Itulah mengapa Pak Guru menyampaikan agar setiap apa yang kita baca dan terima perlu digoncang dengan refleksi mendalam. Agar bisa mengakar dan menguat di dalam diri kita masing-masing.

Ketiga, bukankah sebenarnya setiap peristiwa kehidupan adalah hazanah tersembunyi yang harus digali. Agar jiwa kita menjadi refleks mengembalikan segala proses dari sumbernya. Tidak perlu menunggu goncangan besar melanda. Karena bisa jadi justru akan membuat jiwa kita merana dalam penyesalan.

Wallahu A'lamu Bish-Showab
Salatiga, 20 Juli 2024
Kang Tris
Pejalan Kehidupan

Posting Komentar untuk "MENGGUNCANG KESADARAN"