Manusia adalah mahluk yang tabiatnya tidak memiliki rasa puas. Terombang-ambing dari satu keinginan ke keinginan lain. Satu hajat terpenuhi menginginkan yang lebih lagi.
Gambaran diatas adalah tentang liarnya hawa nafsu manusia. Kalau dibiarkan tanpa pengendalian akan mengacaukan manusia itu sendiri. Karena nafsu yang liar itu tidak mengenal kata cukup.
Allah sudah mengingatkan kalau nafsu itu cenderung mengajak kepada kejahatan. Hal ini ditegaskan dalam QS. Yusuf ayat 53 "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Betapa bisikan nafsu itu sangat lembut. Bisa menjangkiti siapa saja. Nafsu juga tidak bisa hilang dari manusia selama hidupnya. Maka yang bisa di lakukan adalah memohon pertolongan Allah SWT agar diberi rahmat. Karena itu yang akan menjadikan kita selamat.
Langkah pertama yang perlu kita tempuh agar diberikan nafsu yang dirahmati Allah adalah memupuk jiwa qanaah. Yaitu suatu sikap hidup yang merasa cukup atas segala pemberian Allah. Ini adalah perjuangan yang harus kita lakukan.
Tentang sikap qanaah ini ada pesan indah melalui status WA seorang sahabat. "Jika air sedikit bisa menyelamatkanmu dari rasa haus, maka tak perlu meminta air yang lebih banyak yang mungkin akan membuatmu tenggelam."
Langkah berikutnya adalah melatih jiwa bersyukur. Kenapa ini perlu dilatih? Karena karakter manusia itu enggan bersyukur. Allah menyindir dengan halus dan berulang di QS. Ar Rahman. "Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan."
Betapa sayangnya Allah pada manusia. Sampai syukur ini menjadi kewajiban. Bahkan perintah legalnya pun sangat keras. QS. Ibrahim ayat 7 "Dan ingatlah ketika Tuhanmu membuat permakluman / pengunguman. Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sungguh adzab-Ku sangat pedih."
Syukur akan mudah dilakukan apabila sudah terbangun jiwa qanaah. Betapa kita diselimuti nikmat Allah yang tidak pernah bisa kita hitung. Namun karena kerakusan lah kita memperturutkan keinginan.
Di berbagai kelas Sekolah Kehidupan (SKH), ketika disampaikan ketika pertanyaan di utarakan. Seberapa sering kita bersyukur. Rata-rata menjawab datar sudah sering, kami mengucapkan hamdalah.
Ketika pertanyaan dilanjutkan, kapan bapak-ibu melakukan sujud syukur? Rata-rata menjawab saat mendapatkan nikmat besar. Misalnya saat lulus sekolah, diterima kerja, mendapatkan uang atau rejeki yang besar.
Betapa naifnya kita. Melakukan sujud syukur sebagai ungkapan rasa syukur yang spesial saat mendapatkan nikmat yang "gede" saja. Apakah aliran darah di tubuh kita, oksigen yang kita hirup bukan nikmat besar? Kalau di perinci satu persatu bagian tubuh kita, itu sebatas nikmat kecil?
Maka, untuk melatih jiwa bersyukur Pak Guru Antono Basuki mengajarkan sujud syukur untuk dilakukan sesering mungkin. Paling tidak dilakukan 5 kali sehari sesuai waktu sholat. Semakin sering lebih baik. Lambat laun akan terinstall jiwa bersyukur dalam diri.
Masih terngiang indah pesan status WA kawan tadi. Diujung kalimat juga tak kalah indahnya. Bunyinya nyaring begini "belajarlah menerima 'CUKUP' dengan apa yang sudah kau miliki. Itulah indahnya 'BERSYUKUR'. Ditutup dengan penegasan "cukup lebih menenangkan daripada berlebihan."
Wallahu 'Alamu Bish-Showab
Sunyi Malam Di Desa Menari, 6 Agustus 2024
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Posting Komentar untuk "CUKUP ITU MENENANGKAN"