KENDORKAN EGO, BERSIHKAN HATI

 


"Kenapa sih ndak bisa pada ngertiin aku. Mbokya bantu gitu gimana. Jangan hanya asyik urusannya sendiri. Dasar ndak pada peka" gerutu Cimplon, seorang pegiat sosial di salah satu komunitas.

Teman-temannya dalam team pun bergerak menjalankan tugas masing-masing. Tidak puas melihat kinerja teamnya. Cimplon pun meradang "kenapa tidak pada becus, gitu saja ndak beres-beres. Sini aku saja yang ngerjain semuanya." Jadilah Cimplon mengerjakan semua aktivitas untuk menyelenggarakan kegiatan.

Uring-uringan, mangkel, dan berbagai perasaan negatif seperti hendak meledak. Cimplon  merasa teman-temannya tidak sesuai keinginannya. Harapannya sering merasa bertepuk sebelah tangan.

Bukannya kondisi membaik, namun justru menyeret pada langkah yang kurang produktif. Hidupnya diisi dengan keluhan dan ratapan. Telunjuknya mengarah kedepan teamnya. Lupa, kalau yang empat jari menghadap ke dirinya.

Suasana seperti itu bisa jadi terjadi pada keseharian. Memaksa orang lain mengikuti standar yang kita buat. Menginginkan orang lain sesuai apa yang kita pikirkan. Kalau tidak tercapai kecewa yang dirasa. 

Selama kita menuding terus ke orang lain setiap terjadi hal yang kurang pas. Disitulah terjadi masalah mendasar pada diri kita. Siapa tahu justru kita lah yang bermasalah.

Fokus diri jadi terpendar keluar. Kebaikan orang lain jadi kabur dan terlihat samar, tertutup kesalahan. Disinilah pepatah "kuman diseberang lautan tampak jelas, gajah di pelupuk mata tak kelihatan."

Saat seperti ini, mari kita belajar mengoreksi diri sendiri. Jangan-jangan banyak sampah pikiran dalam diri. Menggunung hingga mengundang hal tak produktif. Dampaknya sudut pandang kita terhadap orang lain berisi hal-hal yang negatif belaka.

Dalam Psychology of Achievement, Brian Tracy menulis "Pemikiran-pemikiran yang disimpan di dalam benak menghasilkan pemikiran-pemikiran lain yang serupa." Ini berarti pemikiran kita seperti magnet yang mengundang pemikiran atau kondisi serupa dengan apa yang dipikirkan.

Langkah berikutnya, kendorkan ego kita. Pemikiran dangkal akan cenderung membuat penilaian negatif. Sayangnya orang berpikiran dangkal justru ego nya yang menonjol. Akhirnya merasa benar dan memandang orang lain salah.

Bagaimana cara untuk mengendorkan ego? Kembalikan letak akal atau pikiran pada fungsinya, sebagai panglima diri. Sedangkan keputusan serahkan pada hati sebagai raja dalam diri.

Permasalahan yang muncul adalah, hati yang lemah dan keruh justru tunduk pada pikiran. Disinilah letak akar masalah dalam diri hingga ego mengangkangi dan menguasai diri.

PR yang harus diselesaikan adalah membersihkan hati. Keluarkan kotoran dan kerak yang menempel. Ketika hati mulai bersih radar positif akan memancar. Ego akan mengendor dan fisik pun akan menjadi lebih rileks.

So, sudah ketemu kan formulasi cara membersihkan hati? Kalau belum sih bisa pakai resep 7 Ilmu Penjernih Hati (7IPH). Dimana itu kita bisa belajar? Ya di Sekolah Kehidupan (SKH) dong. Semoga banyak Cimplon dalam diri kita yang mau berbenah. Salam 7IPH.


Wallahu 'Alamu Bish-Showab

Desa Menari, 6 Agustus 2024

Kang Tris

Murid Sekolah Kehidupan



Posting Komentar untuk "KENDORKAN EGO, BERSIHKAN HATI"