Seorang murid bertanya kepada Gurunya, "guru bagaimana caranya agar hidup bahagia?". Sang Guru menjawab "wah saya tidak tahu bagaimana cara menyampaikan cara hidup bahagia. Begini saja, malam hari ini kamu menginap di tempat saya", lanjut Sang Guru.
Malam itu, sang murid menginap di rumah Sang Guru. Kamar yang disediakan sangat bersih, luas, kasur empuk dan selimut tebal, serta fasilitas lainnya. Namun ada satu yang membuat sang murid merinding takut. Di langit-langit digantung banyak tombak dengan ujung tajam menghadap ke bawah tepat di atas kasur.
Sang murid berusaha untuk memejamkan mata. Namun sejenak pun tidak bisa terlelap dalam tidur. Kekhawatiran menyelimuti sang murid, jangan-jangan tombak diatas lepas dan menusuk tubuhnya.
Pagi pun tiba, Sang Guru telah menunggu di teras rumah sambil menikmati kopi pahit dan pisang goreng. Setelah mempersilahkan sang murid duduk. Guru menyodorkan segelas kopi. Sang Guru tersenyum kemudian bertanya, gimana nak nyenyak tidak tidurnya?
Sang murid menjawab, "maaf Guru, semalaman saya tidak bisa tidur sama sekali." Memangnya kenapa? Tanya Sang Guru. "Saya sangat khawatir Guru, jangan-jangan tombak di langit-langit kamar ada yang lepas dan mengenai tubuh saya", jawab sang murid.
"Tahukah kamu anakku, tombak-tombak tersebut terikat dengan kokoh, bahkan kamu tarik pun tidak mudah untuk lepas. Diatasnya juga dipasang tali pengikat yang menahan apabila lepas",Sang Guru bertutur lebih lanjut.
Sang Guru menyeruput seteguk kopi, meletakkan di atas meja, lalu memandang sang murid dengan teduh. Kemudian beliau berkata, "itulah yang menyebabkan kamu tidak bisa bahagia. Meski hidup serba kecukupan, semua terlayani. Namun, selama rasa khawatir menyelimuti hidupmu, tidak akan terwujud kebahagiaan dalam hidup."
"Belajarlah untuk mempercayakan sepenuhnya hidupmu kepada Sang Maha Pengatur. Bukankah rasa khawatir itu muncul karena kamu memikirkan sesuatu yang diluar kuasamu. Hidupmu tersiksa oleh kekhawatiran yang terus mendera", Sang Guru memberikan penegasan pembelajaran pagi itu.
Saduran dialog pembelajaran tersebut diambil dari video pendek Pak Fahrudin Faiz, filosof yang sangat mencerahkan ditengah kehidupan. Betapa, dengan kerendahan hati kita bisa mengambil pembelajaran dari manapun.
Kalau kita kembangkan lebih luas dalam bentang kehidupan. Benar sekali, khawatir menjadi benalu yang merusak tanpa disadari. Kebahagiaan yang menjadi hajat bersama, digerogoti tanpa sadar oleh kekhawatiran dalam menjalani hidup.
Di Sekolah Kehidupan kelas basic kita belajar ini mengenai bab mengenai tawakal. Di bab ini kita belajar tentang dua wilayah yang berbeda. Yaitu wilayah manusia dan wilayahnya Allah SWT.
Wilayah manusia adalah berusaha atau berikhtiar dengan penuh kesungguhan atas setiap tahapan dalam hajat. Selain berusaha, manusia juga berdoa diawal niat terpancang, dalam proses menuju hajat dan diujung ikhtiar. Sedangkan hasil adalah wilayah atau hah prerogratif Allah SWT.
Kekhawatiran melanda manusia dikala melompati wilayah dari manusia sebagai hamba ke wilayah Allah SWT. Manusia yang belum sadar sering mereka-reka hasil. Bahkan ada yang dengan yakinnya memastikan hasil atas usaha yang dilakukan.
Kondisi seperti ini membuat pikiran kalut, hati pun keruh. Maka gundah gulana mengguncang jiwa. Dalam keadaan seperti ini orang sering menjadi kacau hidupnya.
Maka, perankan tugas hamba yang bertawakal. Berikhtiar dengan optimal, berdo'a dengan penuh kesungguhan. Karena ikhtiar tanpa dibarengi do'a seperti fatamorgana. Ketika berhasil pun membuat pelakunya merasa bisa karena kemampuannya. Ini justru akan menyesatkan.
Mari, kita pungkasi obrolan kita ini dengan bersama-sama mengambil pelajaran dari QS. Al Mulk (67): 29 berikut ini. Katakanlah: “Dia-lah Allah yang Maha Penyayang Kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah Kami bertawakkal. kelak kamu akan mengetahui siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata”.
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Senja di Desa Menari, 12 Agustus 2024
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Amazing, mengena hati
BalasHapus