KITA BUKAN PEMILIK URUSAN

 


Manusia senantiasa sibuk dengan satu aktivitas ke aktivitas lain. Berputar dari satu urusan ke urusan lainnya. Begitu terus berlangsung sampai batas waktu masing-masing.

Berpacu dengan waktu, mengayuh roda harapan. Betapa perjalanan waktu manusia adalah misteri yang harus dijalani. Menjalankan peran yang telah digariskan masing-masing.

Kesadaran yang harus tumbuh dan menguat adalah dua peran penting manusia. Peran sebagai hamba Allah (Abdullah) dan wakil Allah di muka bumi (Khalifatullah). Untuk menjalankan peran tersebut, manusia tidak dibiarkan begitu saja. Namun telah terinstall pedoman hidup. Lihat di QS. Al Baqarah ayat 97.

Menyadari akan hal ini, manusia sebetulnya tinggal mengikuti pola pengaturan-Nya  saja agar hidupnya selamat. Dua peran penting manusia juga akan dijalankan dengan baik, ketika mengikuti roadmap dari Sang Pencipta.

Namun, kenapa manusia sering terjebak pada aktivitas. Menjadi pusing tujuh keliling atas segala aktivitas yang dilakukan. Seolah seperti mengangkat beban berat yang tak kunjung usai.

Salah bersikap, akan salah pula rasa dari kejadiannya. Karena manusia merasa aktivitas adalah urusan dirinya. Maka semua harus serba teratur dan sesuai dengan kemauannya. Ketika yang  terjadi tidak seperti yang rencanakan, frustasi melanda.

Beda rasanya, kalau rasa yang muncul adalah dirinya sebagai mahluk sebatas sebagai sarana. Menjalankan aktivitas masing-masing dalam rangka menyiapkan diri sebagai sarana.

Contoh sebagai guru, rasa yang muncul adalah sebagai sarana menyampaikan ilmu-Nya. Sebagai petani, merasa sebagai sarana untuk merawat dan menyaksikan proses pengaturannya. Ini bisa dikembangkan dalam kondisi aktivitas kita masing-masing.

Kenapa harus berlatih seperti itu. Karena sejatinya memang manusia itu sebatas sarana mewujudkan kehendak-Nya. Lihatlah ini pada diri kita masing-masing. Aliran darah siapa yang mengendalikan. Kedipan mata, kerja organ-organ dalam. Semakin kita teliti satu persatu, semakin sadar, bahwa itu ada yang Maha Mengatur.

Allah dengan tegas menyatakan dalam QS. Al Baqarah ayat 31 "Sebenarnya segala urusan itu milik Allah." Betapa lugasnya ayat ini menyampaikan segala urusan, berarti apapun tidak ada yang luput.

Ternyata ayat tersebut juga memberikan penegasan dalam bukti nyata adanya alam semesta beserta seluruh gerak semestanya memang harus di kendalikan oleh Dzat Yang Maha Tunggal. Karena kalau di serahkan kepada penguasa yang berbeda-beda akan terjadi kekacauan.

Tadabur atas ayat tersebut semakin menguatkan kita dalam memahami QS. Yasin ayat 83 :"Maka, Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan."

Memahami akan hal ini sudah sewajarnya kita tidak merasa mampu mengendalikan. Kita sebatas dititipi Ke-Maha Pengaturan-Nya dalam segala aktivitas kita.

Disinilah manusia yang wajar jadi sadar akan kebergantungan total kita kepada Allah SWT. Karena memang di tegaskan sendiri oleh Allah dalam QS. Al Ikhlas ayat 2 :" Allah tempat meminta atas segala sesuatu". Artinya Allah lah tempat bergantung. Disinilah kita akan secara bertahap dipahamkan oleh-Nya esensi Syahadat Tauhid.

Wallahu A'lamu Bish-Showab

Remang Malam Di Desa Menari, 8 Agustus 2024

Kang Tris

Pejalan Kehidupan


Posting Komentar untuk "KITA BUKAN PEMILIK URUSAN"