Manusia adalah mahluk yang senantiasa berhitung untung rugi dalam kehidupannya. Ketika pilihan dihadapkan, tidak ada yang dipilih kecuali untung terus.
Namun sayang tolok ukur keberuntungan kebanyakan disandarkan pada hal yang bersifat materi. Kebaikan pun diukur dalam kacamata materi belaka.
Mungkin kita terlampau jauh terseret pada kehidupan yang materialistik. Padahal itu semua sebatas titipan yang bisa datang dan pergi silih berganti. Standar hidup yang serba materi ini mengekang manusia menuju sisi kemerdekaannya.
Menurut Dr. Ibrahim Elfiky manusia memiliki hirarki urutan kebutuhan. Pertama kebutuhan fisiologis, kedua emosional,ketiga psikologis, keempat mental, kelima spiritual. Ternyata, standar materi baru berada pada level kebutuhan dasar.
Seiring pertumbuhan usia, sudah sewajarnya manusia menuju pada pemenuhan kebutuhan selanjutnya. Tanpa meninggalkan kebutuhan sebelumnya. Namun dengan kesadaran dan proporsi yang berbeda.
Ternyata untuk menjadi semakin baik, seseorang harus memasuki kebutuhan hakiki yaitu spiritual. Ini seperti tali penghubung yang menjadikan manusia tidak terlepas dari garis porosnya.
Kebutuhan spiritual adalah fitrah dasar manusia. Namun sering terpendam di kerak dasar kedalaman, karena tertimbun kebutuhan materi yang berlebih. Karena, watak kebutuhan materi atau fisiologis ini bersifat labil dan tidak mengenal kata puas.
Kebutuhan fisiologis ini bersifat sangat sementara. Karena manusia memang di desain untuk tidak mampu menikmati seluruh keinginan fisiologisnya. Manusia secara fisik menuju pada proses pelapukan alami.
Contoh, kita berlomba-lomba menumpuk harta, dengan harapan hidupnya enak. Namun seiring bertambah usia, ternyata kebutuhan manusia akan harta (materi) itu semakin menipis. Fisik tidak mampu lagi untuk menikmati apa yang dikumpulkan.
Menilik dari kejadian ini, manusia yang bertambah usia, namun masih terombang-ambing dengan keinginan duniawi semata ternyata sangat merugi. Lambat laun beban materi tanpa pengelolaan yang tepat justru akan mengikat jiwa dan ruhaninya.
Pantas saja Allah mengingatkan dengan keras terhadap kita semua. Manusia yang gagal dalam menapaki tangga kebutuhannya menuju fase spiritual sangatlah merugi. Dunia berputar tak terasa. Tiba-tiba sadar usia sudah tak lagi muda. Ternyata belum berbuat maksimal dan berbenah untuk pulang.
Allah sangat keras mengingatkan dalam QS. Al-'Ashr :"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran."
Akankah kita menuruti sekedar kebutuhan fisiologis belaka. Betapa ruginya kalau seperti itu. Nasihat seorang Salik, baliklah kebutuhanmu. Perkuat basis spiritualmu, maka kebutuhan sebelumnya akan terpuaskan pula.
Rasanya sudah saatnya kita bersihkan kerak-kerak batin. Jiwa yang gersang karena dikekang oleh hasrat duniawi semata. Sepertinya bagi kita orang-orang awam ini, memerlukan ilmu kehidupan yang implementatif. Bunyi sayup-sayup namun merdu sekiranya berjalan mendekat. Apapun masalahnya 7IPH solusinya.
Wallahu 'Alamu Bish-Showab
Desa Menari, 5 Agustus 2024
Kang Tris
Pejalan Kehidupan
Posting Komentar untuk "MANUSIA YANG MERUGI"