MEMBERSIHKAN SUMBATAN

 


Bagaimana cara membersihkan hati agar bisa terus on the track?. Begitu pertanyaan yang disampaikan salah satu alumni SKH. Setelah ikut SKH, memang menjalani kehidupan jadi lebih nyaman. Tapi, masih sering terasa ada sumbatan di hati, dongkol, jengkel dan marah yang belum pergi, lanjut alumni tersebut.

Fenomena seperti ini bisa jadi merupakan gejala umum. Hanya ada yang jujur mengungkapkan. Namun ada juga yang merasa baik-baik saja. Meski sebenarnya di kedalaman diri ada yang meronta pingin dilampiaskan.

Ternyata sesuatu yang masih mengganjal, itu menjadi sumbatan diri. Akhirnya menjadi tidak legowo menjalani hidup. Proses perjalanan diri seperti terhalang tabir.  Bahkan lebih buruknya, bisa menghalangi produktivitas diri.

Dalam psikologi populer kita mengenal istilah terapi pemaafan. Kenapa harus mau memaafkan? Memaafkan adalah proses mengeluarkan ganjalan di dalam hati. Proses yang secara sengaja diawali dengan niat untuk membersihkan sumbatan.

Pak Guru Antono memberikan gambaran perbedaan orang yang sudah mengeluarkan sumbatan ini. Contoh ketika Si A merasa dongkol dengan Si C. Ada dua sikap yang ada seseorang yang mengalami dongkol tersebut.

Pertama, dia merasa sudah bisa menyelesaikan dongkolnya. Misal si A bilang begini, sekarang saya sudah tidak masalah lagi dengan si C loh. Gimana tuh caranya?, tanya Si B temannya. Sekarang saya berusaha untuk tidak ketemu si C. Misal mau papasan pun saya segera menghindar, begitu jawab si A.

Sikap si A tersebut bisa jadi mewakili perasaan kita. Namun benarkah, rasa dongkol, marah, mangkel sudah hilang hanya cukup dengan menghindar?. Ternyata cara seperti ini belum menyelesaikan masalah. Karena perasaan negatif (dongkol, jengkel, marah) masih tersimpan rapi di hati.

Langkah yang diambil seperti si A ternyata justru mengkristal kan perasaan negatif menjadi sumbatan. Kalau ini dibiarkan terus menerus, seperti magnet yang mengundang rasa yang sama pada orang lain. Lebih parahnya, bisa mengundang kesialan karena sikap negatif yang bercokol di hati.

Langkah penyelesaian kedua yang bisa di tempuh Si A adalah dengan mengeluarkan sumbatannya. Caranya, dengan sengaja si A meniatkan dalam dirinya untuk memaafkan si C. Karena hanya dengan memaafkan sumbatan (marah, jengkel, dongkol) bisa mulai terurai.

Apakah cukup dengan berniat memaafkan  saja sudah menyelesaikan masalah. Oh, ternyata belum. Maka, harus menapaki langkah berikutnya, yaitu dengan berdo'a kepada Allah agar di tolong untuk bisa memaafkan. Karena tanpa pertolongan Allah, tidak ada kuasa bagi manusia untuk mengatasi masalahnya (QS. Yunus: 107).

Tahap berikutnya adalah mendoakan kebaikan terhadap orang yang menjadi pemicu sumbatan. Cukup waktu 1 menit saja, bahkan kurang. Kita do'akan dengan penuh ketulusan orang yang membuat kita dongkol. Setelah fase ini, maka sumbatan di hati akan keluar.

Saya sudah melakukan seperti itu, tapi kok perasan juga masih dongkol? Tanya alumni yang lain. Pak Guru menyampaikan, berarti belum ikhlas dalam memaafkan. Sarat untuk melepaskan sumbatan ya harus dengan ikhlas. Kalau belum ikhlas yang belum keluar, masih tarik ulur di dalam diri.

Secara khusus Pak Guru menyampaikan,  pentingnya kita memaafkan dan mendo'akan pemicu masalah saat menjelang tidur. Agar, kita sudah terbebas dari beban dipenghujung hari.

Mari kita tutup pembahasan ini dengan mengambil pembelajaran dari Al Qur'an
Surat Asy-Syu'ara ayat 40: "Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah".

Wallahu A'lamu Bish-Showab
Jejak Malam di Jakarta, 30 Agustus 2024
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan

2 komentar untuk "MEMBERSIHKAN SUMBATAN"