SEMBURAT CAHAYA

 


Mahluk hidup tumbuh seiring dengan arah cahaya yang menerpanya. Inilah fitrah dasar dari proses kehidupan itu sendiri. Manusia sebagai bagian kecil mahluk pun ternyata membutuhkan cahaya dalam seluruh prosesnya.

Keberadaan cahaya selalu menyelimuti kondisi manusia. Hal ini diperlukan untuk pertumbuhan fisik, psikologis, mental dan spritual. Hanya kondisinya, manusia itu sadar atau tidak dengan adanya cahaya.

Terkait kebutuhan cahaya untuk pertumbuhan dan kesehatan fisik manusia. Kita semua sudah sepakat dan tidak perlu meragukannya. Bahkan manusia tertentu memerlukan proses terapi cahaya. Baik itu bersifat langsung atau melalui turunannya.

Lantas bagaimana dengan kebutuhan cahaya untuk mental, fisik dan spiritual. Disinilah kita mengenal ada manusia yang bisa mendapat cahaya bahkan terlimpahi cahaya. Namun ada juga yang justru terjerembab dan berkubang dalam kegelapan.

"Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (Iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. QS. Al-Baqarah: 257).

Ternyata cahaya yang spiritual ini sangat berkaitan dengan hati. Karena disitulah iman bersemayam. Ada yang mudah mendapat cahaya, berarti tanda hatinya bening. Disisi lain ada pula yang sulit mendapat cahaya, karena hatinya terhijab oleh kotoran.

Mengingat ini, betapa pentingnya kita belajar untuk terus membersihkan kotoran dalam hati. Agar hidup kita senantiasa terbimbing dalam cahaya.

Disinilah kita perlu belajar secara serius ilmu penjernih hati. Bukan sekedar sambil lalu saja. Tetapi memang perlu kesungguhan yang ditandai dengan kemauan meluangkan waktu untuk belajar.

Lalu muncul pertanyaan? Emang ada ya tempat belajar yang secara khusus membahas tentang membersihkan hati. Kalau kita bersungguh-sungguh mencari pasti akan terbimbing kearah itu.

Para sesepuh yang mencapai level kasepuhan pasti juga memperhatikan olah hati ini. Para ulama dan kyai yang Arif Billah juga mengajarkan ini. Bahkan di pesantren ada yang secara khusus membahas ini.

Lalu muncul pertanyaan lanjutan. Kalau kita orang yang umum dan belum bisa intens meluangkan waktu. Dimana kita belajar membersihkan hati.

Disinilah kita menemukan oase ditengah kegersangan jiwa. Sekolah Kehidupan (SKH)  menjadi sarana kita menempa hati.  SKH bagaikan semburat cahaya yang melimpahi para penempuh jalan-Nya dengan lembut.

Formulasi pembelajarannya dibuat dengan ringan, lembut dan menggembirakan. Namun esensi yang tersampaikan dalam dan mengena. Hal ini ditandai dengan pemaknaan positif para pembelajarnya yang serius.

Kita memerlukan dari semburat cahaya terlebih dahulu. Agar kita tidak langsung terpapar cahaya yang sangat terang-benderang. Karena bagi yang belum siap justru bisa mengaburkan pandangan. Bahkan secara extrim bisa membutakan.

Inilah kenapa Allah juga memberikan ibarat yang sangat lembut tentang spektrum cahaya spiritual ini. Bisa merujuk pada QS. An Nur ayat 35. Ayat yang telah menggugah para ilmuwan maupun para salik (penempuh jalan spiritual).

Betapa kita memerlukan paparan cahaya itu secara bertahap. Bertumbuh dari menerima semburat cahaya. Hingga secara bertahap Allah membimbing manusia menuju cahaya-Nya. Sungguh beruntunglah orang yang dilimpahi cahaya iman di hatinya.

Wallahu A'lamu Bish-Showab
Home Diana Pekalongan, 4 Agustus 2024
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan


Posting Komentar untuk "SEMBURAT CAHAYA"