Apakah kita merasa bahwa semua keberhasilan itu sepenuhnya hasil usaha kita? Jika jawabannya ya, keliru. Tentu saja, tidak! Coba kita edarkan pandangan ke cakrawala luas. Betapa banyak orang yang telah berjuang keras dan dengan menggunakan strategi luar biasa, tetapi mereka tetap gagal (Achmad Chodjim dalam Menerapkan Surah Yasin Dalam Kehidupan Sehari-hari).
Lebih lanjut beliau menjelaskan, sebaliknya ada orang yang kelihatan tidak berusaha keras, tetapi berhasil. Orang Inggris menyatakan bahwa dalam kehidupan ini ada faktor luck alias keberuntungan. Orang Cina bilang hoki. Orang Indonesia mengganggapnya mujur. Orang Jawa bilang wong Bejo.
Saya jadi teringat tanggapan atas tulisan yang berjudul Overthinking "Membunuhmu". Ada yang bertanya, berarti pikiran kita itu magnet ya kang. Dalam hukum semesta memang terjadi seperti itu.
Namun seiring perjalanan waktu, pandangan saya mulai agak bergeser ke ranah rasa bukan sekedar pikiran. Kalau hidup sebatas mengandalkan pikiran, betapa kita sering terjebak dalam kekacauan. Maka ada orang yang sering berseloroh, pikiranmu kok ruwetmen toh hehehe.
Ketika rasa mulai kita olah, maka muncul kesepahaman dengan apa yang di sampaikan Pak Achmad Chodjim diawal tulisan ini. Pikiran senantiasa mendikte seseorang hingga merasa 'saya mampu' atau 'ini kemampuan saya'. Sehingga kalau berhasil akan muncul pengakuan di dalam diri.
Saya jadi agak merenung dengan afirmasi yang sering di bombardir para motivator 'Kamu Bisa....Bisa...Bisa ..' Kalau ternyata tidak berhasil meraih apa yang diinginkan, maka akan muncul kontradiksi diri.
Kita jadi tersadar dengan peghujung ayat ke 5 dari QS. Al Baqarah. "Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang beruntung".
Ternyata yang harus diinstall di dalam diri itu program untuk selalu memohon petunjuk. Dengan petunjuk Allah akal budi yang akan berperan dominan. Hidup lebih rileks. Karena kalau mengandalkan akal pikiran, hidup terasa tegang. Karena memang kapasitas pikiran manusia itu terbatas.
Kabar baiknya, orang yang lebih rileks menjalani kehidupan dia sering berlimbah keberuntungan. Maka perlu kita melatih untuk masuk pada zona keberuntungan ini.
Bagaimana caranya? Asah mata hati kita agar lebih nyambung kepada Sang Pemilik Kehidupan. Disitu kita akan menyadari bahwa hidup itu berjalan atas limpahan Rahmat Allah SWT.
Kenapa kesadaran ini perlu dibangun terus-menerus? Karena sejatinya manusia itu diliputi misteri dalam seluruh proses hidupnya. Banyak hal di luar kemampuan akal sebagai manusia. Inilah yang dinamakan ghaib.
Maka wajar, sarat untuk mendapat petunjuk urutan pertama itu beriman kepada yang ghaib (QS.2:2). Tinggal PR nya adalah, bagaimana membersihkan hati, agar mata hati bisa jelas menangkap petunjuk menuju keberuntungan.
Bagi yang masih bingung caranya, ikutlah di program Sekolah Kehidupan. Karena disitu akan diajarkan tentang 7 Ilmu Penjernih Hati. Paradigma kehidupan kita akan berubah, sehingga lebih rileks menjalani hidup.
Bagi yang sudah belajar, jangan terhenti di pemahaman. Pertajam dalam laku keseharian. Karena 7IPH sangat lekat dengan kejadian demi kejadian. Kalau terasa melemah jangan khawatir, segeralah merapat untuk melakukan recharge kembali.
Semoga kita senantiasa terbimbing menjadi hamba yang bisa merasakan limpahan Rahmat Allah SWT. Sehingga kita akan terkejut-kejut betapa hidup ini dilimpahi dengan keberuntungan demi keberuntungan. Salam 7IPH.
Wallahu A'lamu Bish-Showab
Hening Malam Di Desa Menari, 14 Agustus 2024
Kang Tris
Murid Sekolah Kehidupan
Barakallah, sehat dan sukses selalu kang tris. insya Allah senantiasa dalam Rahmat Allah subhanahu wata'ala.
BalasHapusAamiin YRA🤲, keberkahan semoga juga terlimpah curahkan untuk Pak Rahman dan keluarga
Hapus